Kajian Islam Ahad Pagi di Bulan Ramadhan kali ini menghadirkan Ustadz Sri Yanto Fauzan, M.Th.I salah satu aktifis Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) wilayah Banyumas. Kajian berlangsung di Masjid Assalam Perum GSMT Karanglewas Kidul pada hari Ahad tanggal 21 Juni 2015 pukul 04.45 sampai 08.00 WIB.
Kajian diawali dengan mengingatkan pada jamaah bahwa syiah sudah memasuki ranah budaya yaitu pendekatan film seperti film Abad Kejayaan (King Sulaiman) yang diputar di ANTV dan film Ada Surga di rumahku produksi Mizan.
Ada banyak hal kekeliruan/kesesatan syiah yaitu rukun Islam yang terdiri dari sholat, puasa, zakat, haji dan wilayah. Rukun Iman yaitu tauhid, nubuwah, imamah, al adl, dan al maad. Syahadat kaum syiah yang terdiri 3 syahadat dengan menyebut 12 imam di syahadatnya. Imam hanya da 12 imam yang maksum. Kekholifahan yang diakui hanya Khalifah Ali Bin Abu Tholib. Mencaci para sahabat terutama Abu Bakar Ashshidiq, Umar bin Khoththob al Faruq, Utsman bin Affan, ibunda Siti Aisyah, Siti Hafshah rodhiyallohuanhum. Al quran juga dirumah sekehandaknya dan hadits-hadits dari riwayat Imam Bukhari, Imam Muslim dan lainnya ditolak. hanya memakai kitab usul kafi. Surga hanya diperuntukan pada pecinta Ali dan neraka untuk para pembenci Ali. Meyakini akidah roj'ah yaitu menghidupkan Abu Bakar Ashshidiq, Umar bin Khoththob al Faruq, Utsman bin Affan, ibunda Siti Aisyah, Siti Hafshah rodhiyallohuanhum oleh Imam Mahdi (versi syiah) dan setelah hdup akan mensiksanya dan menyalibnya. adanya kawin muth'ah yaitu kawin kontrak yang merupakan prostitusi terselubung. Air bekan cebokan tidak najis. dan masih banyak lagi kesesatan syiah.
kajian diselingi pemutaran video adzan, syahadat, simbol-simbol, tatacara sholat dan perayaan idul ghodir yang jauh dari tuntunan Rasulullah SAW.
Sunday, June 21, 2015
Kajian Islam Sore dan Buka Bersama: Ramadhan antara Harapan dan Kenyataan
Kajian Islam Sore dan Buka Bersama edisi perdana hadir pada hari Jumat tanggal 19 Juni 2015 pukul 16.30 sampai 17.30 WIB (mundur 30 menit dari jadwal). Kajian perdana ini menghadirkan Ustadz Mohamad Aminudin, S.Ag dengan membawa tema Ramadhan antara Harapan dan Kenyataan.
Ada 4 (empat) hal persiapan menghadapi bulan Ramadhan yaitu:
1. Al istidadhu 'ala rukhiy (persiapan ruhani) yaitu dengan hati senang dan gembira, niat ikhlas, dan suci.
2. Al istidadhu 'ala fikri/ilmi yaitu mempersiapkan dengan ilmu fikih puasa, dengan kesungguhan hati mengkaji ilmu puasa terutama rukun dan pembatal-pembatanya.
3. Al istidadhu 'ala jasady yaitu memperispkan badan agar sehat, rumah dihias dan dibersihkan, pakaian bagus.
4. Al istidadhu 'ala mally yaitu mempersiapkan materi sembako dll
Keutamaan Puasa
Ada 4 (empat) hal persiapan menghadapi bulan Ramadhan yaitu:
1. Al istidadhu 'ala rukhiy (persiapan ruhani) yaitu dengan hati senang dan gembira, niat ikhlas, dan suci.
2. Al istidadhu 'ala fikri/ilmi yaitu mempersiapkan dengan ilmu fikih puasa, dengan kesungguhan hati mengkaji ilmu puasa terutama rukun dan pembatal-pembatanya.
3. Al istidadhu 'ala jasady yaitu memperispkan badan agar sehat, rumah dihias dan dibersihkan, pakaian bagus.
4. Al istidadhu 'ala mally yaitu mempersiapkan materi sembako dll
Keutamaan Puasa
1. Puasa adalah Perisai
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ
“Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka.” (HR. Ahmad dan Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalamShohihul Jami’)
2. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pahala yang Tak Terhingga
3. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Dua Kebahagiaan
4. Bau Mulut Orang yang Bepuasa Lebih Harum di Hadapan Allah daripada Bau Misik/Kasturi
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى ، وَأَنَا أَجْزِى بِهِ . وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ ، وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ . وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ ، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ ، وَإِذَا لَقِىَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
“Allah berfirman,’Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Apabila salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah berkata kotor, jangan pula berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci dan mengajak berkelahi maka katakanlah,’Saya sedang berpuasa’. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat daripada bau misk/kasturi. Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, ketika berbuka mereka bergembira dengan bukanya dan ketika bertemu Allah mereka bergembira karena puasanya’. “ (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Puasa akan Memberikan Syafaat bagi Orang yang Menjalankannya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَىْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ
“Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa akan berkata,’Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat, karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafaat kepadanya’. Dan Al-Qur’an pula berkata,’Saya telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya.’ Beliau bersabda, ‘Maka syafaat keduanya diperkenankan.’” (HR. Ahmad, Hakim, Thabrani, periwayatnya shahih sebagaimana dikatakan oleh Al Haytsami dalam Mujma’ul Zawaid)
6. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pengampunan Dosa
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)
7. Bagi Orang yang Berpuasa akan Disediakan Ar Rayyan
Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang bernama Ar-Royyaan. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Dikatakan kepada mereka,’Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Maka orang-orang yang berpuasa pun berdiri dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, pintu tersebut ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Lima Hal yang dapat Menghilangkan Pahala Puasa yaitu:
1. Berbohong
2. Ghibah
3. Mengadudomba (wannamimah)
4. Pumpah palsu
5. Pandangan yang disertai syahwat
Keagungan Bulan Ramadhan yaitu:
1. Bulan penuh keberkahan-Nya
2. Bulan penuh rahmat-Nya
3. Menghapus dosa dan terkabulnya doa
4. Allah bangga pada para malaikat atas hamba-hambyanya yang berpuasa
5. Orang yang celaka adalah yang tidak mendapatkan ampunan-Nya di bulan Ramadhan.
Keberhasilan berpuasa manakala mencapai tiga hal yaitu qilal kalam (sedikit bicara), qilath thoan (sedikit makan), dan qilan ni'am (sedikit tidur).
Saturday, June 20, 2015
Kajian Islam Bulanan Keliling: "Istiqomah dalam Berakidah"
Kajian Islam Bulanan Keliling: "Istiqomah dalam Berakidah" bersama Ustadz Mohamad Aminudin, S.Ag.
Kajian Islam Bulanan Keliling kali ini membawa tema "Istiqomah dalam Berakidah" bersama Ustadz Mohamad Aminudin, S.Ag. Kajian kali ini berlangsung di rumah Bapak Muhamad Taufik Hidayat Blok 17 No 16 Perumahan GSMT Karanglewas Kidul.
Kajian diawali dengan sambutan Ketua Takmir Ustadz Mohammad Ajib Tamami, SE. dengan mendorong jamaah untuk mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadhan 1436H dengan beberapa kegiatan yang dapat diikuti jamaah. Persiapan ruhani, mental, ilmu, materi dan badan yang sehat sangat duperlukan dalam menyambut bulan yang penuh berkah ini.
Ustadz Mohamad Aminudin kemudian mengurai tema kajian dengan diawali dari keterangan bahwa Allah memasukan hambanya kedalam surga-Nya dengan tiga cara. Cara pertama yaitu dengan istilah penghuni surga (sohibul jannah) seperti dalam surat al Waqiah ayaat 10-11 "Ketiga, orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia di garis terdepan. Mereka itulah orang-orang yang terlebih dahulu akan memperoleh derajat yang tinggi di akhirat. Mereka adalah orang-orang yang didekatkan kepada Allah. Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan". Siapa golongan ini adalah generasi pertama yang pertama masuk Islam yaitu generasi para sahabat, yang menjumpai Rasulullah SAW dan ikut berjuang menegakkan kalimat Tauhid.
Kelompok kedua adalah yang disebut ashabul jannah. Kelompok inilah yang disebut sebagai kelompok yang teguh dalam berakidah. Tidak bersandar pada adat istiadat setempat yang menyelisihi akidah dan menjuhkan hal-hak yang merusak akidah seperti : khurafat, tahayul, sirik, tabaruk pada orang yang sudah meninggal, dll.
Kajian Islam Bulanan Keliling kali ini membawa tema "Istiqomah dalam Berakidah" bersama Ustadz Mohamad Aminudin, S.Ag. Kajian kali ini berlangsung di rumah Bapak Muhamad Taufik Hidayat Blok 17 No 16 Perumahan GSMT Karanglewas Kidul.
Kajian diawali dengan sambutan Ketua Takmir Ustadz Mohammad Ajib Tamami, SE. dengan mendorong jamaah untuk mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadhan 1436H dengan beberapa kegiatan yang dapat diikuti jamaah. Persiapan ruhani, mental, ilmu, materi dan badan yang sehat sangat duperlukan dalam menyambut bulan yang penuh berkah ini.
Ustadz Mohamad Aminudin kemudian mengurai tema kajian dengan diawali dari keterangan bahwa Allah memasukan hambanya kedalam surga-Nya dengan tiga cara. Cara pertama yaitu dengan istilah penghuni surga (sohibul jannah) seperti dalam surat al Waqiah ayaat 10-11 "Ketiga, orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia di garis terdepan. Mereka itulah orang-orang yang terlebih dahulu akan memperoleh derajat yang tinggi di akhirat. Mereka adalah orang-orang yang didekatkan kepada Allah. Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan". Siapa golongan ini adalah generasi pertama yang pertama masuk Islam yaitu generasi para sahabat, yang menjumpai Rasulullah SAW dan ikut berjuang menegakkan kalimat Tauhid.
Kelompok kedua adalah yang disebut ashabul jannah. Kelompok inilah yang disebut sebagai kelompok yang teguh dalam berakidah. Tidak bersandar pada adat istiadat setempat yang menyelisihi akidah dan menjuhkan hal-hak yang merusak akidah seperti : khurafat, tahayul, sirik, tabaruk pada orang yang sudah meninggal, dll.
Saturday, June 13, 2015
TARHIB "GEMA RAMADHAN" 1436 H Masjid ASSALAM Perum.GSMT Karanglewas
Panitia Ramadhan Masjid Asslam Perumahan Griya Satria Mandalata Desa Karanglewas Kidul, Kecamatan Karanglewas, Banyumas sukses melaksanakan Tarhib Gema Ramadhan 1436 H. Acara dimulai pada hari Sabtu tanggal 13 Juni 2015 pukul 16.00 - 17.30 WIB yaitu lomba mewarnai dengan tema "Ramadhan Ceria" dan lomba membuat poster menyambut Ramadhan 1436 H. Acara ini diikuti oleh anak-anak dan remaja di komplek Perumahan Griya Satria Mandalatama dengan 55 peserta yaitu kategori Playgroup dan TK sebanyak 12 peserta, kategori SD/MI kelas 1 - 3 sebanyak 17 peserta dan kategori SD/MI dan SMP kelas 1 sebanyak 26 peserta.
Hasil penilaian dewan juri menyatakan bahwa lomba mewarnai kategori Playgroup dan TK yang diikuti oleh 17 peserta dimenangkan oleh Luna Anindya Putri Paramesti (Blok 10/19) sebagai juara pertama, Dawai Izal juara kedua, Zahra juara ketiga dan Myista sebagai juara keempat. Kategori kedua yaitu SD/MI kelas 1 - 3 yang dimenangka oleh Dias M Billah sebagai juara pertama, Quinta Aurel H juara kedua, Abdullah Yafi juara ketiga dan Daffa Fernanda sebagai juara keempat. Sedangkan kategori ketiga yaitu SD/MI kelas 4 - 6 dan SMP kelas 1 yang dimenangkan oleh Roosbelinda sebagai juara pertama, Raynar Arkhan Cahyadi (Blok 11/11) juara kedua, Nurul Fallah Kautsar juara ketiga dan Thoriq Azzukhuf El Fuad (Blok 10/08) sebagai juara keempat.
Acara dilanjutkan keesokan harinya yaitu tanggal 14 Juni 2016 yaitu jalan sehat dan pawai Gema Ramadhan 1436 H. Peserta start dari Masjid Assalam berjalan ke arah utara menuju ke bundaran dekat Masjid Baru (sekitar blok 36). Kemudian peserta berjalan ke arah selatan menyusuri jalan bagian tengah sampai blok 1 dan kemudian berputar ke arah utara dan finish di Masjid Assalam. Setelah selesai peserta dapat menikmati kopi hangat dan mie cup yang disediakan oleh promotor.
Setelah istirahat sejenak kemudian panitia mengumunkan kartu undian yang telah dibagikan oleh panitia. Hari itu juga Panitia mengumumkan pemenang lomba mewarna "Ramadhan Ceria" dan lomba membuat poster menyam but Ramadhan 1436 H. Hadiah dan doorprice jalan sehat cukup menarik dari gelas, tempat air, payung dan lainnya. Sedangkan hadiah utama dispenser dan kipas angin. Hadiah utama diraih oleh Pak haryanto dan Pak Ebyan.
Setelah acara pembagian hadiah dan doorprice acara dilanjutkan kerja bakti bersih masjid. Acara ini diikuti oleh bapak-bapak jamaah Masjid Assalam. Sehat badan penting dengan jalan sehat, sehat pikir juga penting dengan mengikuti kajian ilmu keislaman, dan sehat lingkungan juga sangat penting sehingga bersih masjid sebagai acara pamunkas sebelum ramadhan 1436 H tiba. Insya Allah Ramadhan akan beberengan seluruh ormas Islam di Indonesia yaitu hari kamis tanggal 18 Juni 2016. Sehingga malam kamis yaitu tanggal 17 Juni 2016 setelah isya, insya Allah sudah mulai sholat tarawih berjamaah perdana. Semoga jamaah Masjid Assalam dan seluruh ummat Islam di Perumahan Griya Satria Mandalatama Karanglewas dapat menuaikan ibadah puasa Ramadhan 1436 H dengan penuh hikmah dan amalan-amalan yang bermanfaat. Marhaban Yaa Ramadhan...
Peliput: Firman dan (Atung S) fotografer
Peserta mempersiapkan diri lomba mewarnai dan membuat poster
Pengarahan dari Ustadz Anang Utama , S.Pd. selaku koordinator kegiatan lomba
Hasil penilaian dewan juri menyatakan bahwa lomba mewarnai kategori Playgroup dan TK yang diikuti oleh 17 peserta dimenangkan oleh Luna Anindya Putri Paramesti (Blok 10/19) sebagai juara pertama, Dawai Izal juara kedua, Zahra juara ketiga dan Myista sebagai juara keempat. Kategori kedua yaitu SD/MI kelas 1 - 3 yang dimenangka oleh Dias M Billah sebagai juara pertama, Quinta Aurel H juara kedua, Abdullah Yafi juara ketiga dan Daffa Fernanda sebagai juara keempat. Sedangkan kategori ketiga yaitu SD/MI kelas 4 - 6 dan SMP kelas 1 yang dimenangkan oleh Roosbelinda sebagai juara pertama, Raynar Arkhan Cahyadi (Blok 11/11) juara kedua, Nurul Fallah Kautsar juara ketiga dan Thoriq Azzukhuf El Fuad (Blok 10/08) sebagai juara keempat.
Usatadzah Aldita, S.Psi, sedang mengawasi peserta yang sedang mengikuti lomba
Acara dilanjutkan keesokan harinya yaitu tanggal 14 Juni 2016 yaitu jalan sehat dan pawai Gema Ramadhan 1436 H. Peserta start dari Masjid Assalam berjalan ke arah utara menuju ke bundaran dekat Masjid Baru (sekitar blok 36). Kemudian peserta berjalan ke arah selatan menyusuri jalan bagian tengah sampai blok 1 dan kemudian berputar ke arah utara dan finish di Masjid Assalam. Setelah selesai peserta dapat menikmati kopi hangat dan mie cup yang disediakan oleh promotor.
Ketua Takmir, Ustadz Moh. Ajib Tamami, SE sedang memberikan arahan sebelum
pelepasan peserta jalan sehat dan pawai Ramadhan
Peserta jalan sehat dan pawai Ramadhan keluar dari masjid Assalam
memutari Perumahan Griya Satria Mandalatama
Ustadz Moh. Ajib Tamami, SE (Ketua Takmir) langsung memimpin pembagian
doorprice dan hadiah utama
Setelah istirahat sejenak kemudian panitia mengumunkan kartu undian yang telah dibagikan oleh panitia. Hari itu juga Panitia mengumumkan pemenang lomba mewarna "Ramadhan Ceria" dan lomba membuat poster menyam but Ramadhan 1436 H. Hadiah dan doorprice jalan sehat cukup menarik dari gelas, tempat air, payung dan lainnya. Sedangkan hadiah utama dispenser dan kipas angin. Hadiah utama diraih oleh Pak haryanto dan Pak Ebyan.
Pembagian hadiah lomba poster kategori SD/MI kelas 4 - 5 dan SMP kelas 1
Pak Ismail Musa,ST (Ketua Panitia Ramadhan 1436 H) sedang membagikan hadiah lomba mewarnai kategori SD/MI kelas 1 -3
Para peraih hadiah utama jalan sehat yaitu dispenser dan kipas angin "nampang" dahulu
Setelah acara pembagian hadiah dan doorprice acara dilanjutkan kerja bakti bersih masjid. Acara ini diikuti oleh bapak-bapak jamaah Masjid Assalam. Sehat badan penting dengan jalan sehat, sehat pikir juga penting dengan mengikuti kajian ilmu keislaman, dan sehat lingkungan juga sangat penting sehingga bersih masjid sebagai acara pamunkas sebelum ramadhan 1436 H tiba. Insya Allah Ramadhan akan beberengan seluruh ormas Islam di Indonesia yaitu hari kamis tanggal 18 Juni 2016. Sehingga malam kamis yaitu tanggal 17 Juni 2016 setelah isya, insya Allah sudah mulai sholat tarawih berjamaah perdana. Semoga jamaah Masjid Assalam dan seluruh ummat Islam di Perumahan Griya Satria Mandalatama Karanglewas dapat menuaikan ibadah puasa Ramadhan 1436 H dengan penuh hikmah dan amalan-amalan yang bermanfaat. Marhaban Yaa Ramadhan...
Sekretaris Takmir Masjid Assalam Bapak Atung Setiyono, S.Pd. pun ikut serta berjibaku membersihkan lantai serambi masjid yang siap untuk
jamaah sholat tarawih bagi ibu-ibu dan remaja putri.
jamaah sholat tarawih bagi ibu-ibu dan remaja putri.
Peliput: Firman dan (Atung S) fotografer
Tuesday, May 26, 2015
SEMARAKKAN MENYAMBUT RAMADHAN 1436 H
Panitia Gema Ramadhan 1436 H Masjid Assalam Perum.Griya Satria Mandalatama Karanglewas Purwokerto berencana mengadakan berbagai acara dalam menyambut Ramadhan 1436 H. Beberapa acara akan dilaksanakan sebelum Ramadhan (Pra Ramadhan) 1436 H tiba. Acara ini disamping bertujuan memupuk semangat generasi muda (anak-anak dan remaja) untuk menyambut Ramadhan 1436 H, juga memupuk tali persaudaraan di antara kaum muslimin.
Acara dimulai pada hari Sabtu tanggal 13 Juni 2015 pada pukul 16.00-selesai yaitu Lomba Mewarnai untuk tingkat TK dan SD Kelas 1-4, serta Lomba Membuat Poster Menyambut Ramadhan 1436 H untuk Tingkat SD Kelas 5-6 dan SMP/SLTA. Acara ini hanya dipungut infaq sebanyak Rp 2.000,00. Hadiah tentunya menarik dari beberapa sponsor dan donatur.
Keesokan harinya yaitu hari Ahad Tanggal 14 Juni 2015 Pukul 06.00-09.00 WIB acara dilanjutkan dengan Jalan Sehat dan Pawai Gema Ramadhan 1436 H. Pawai ini diperuntukan pada anak-anak dan remaja yang telah mengikuti lomba pada hari sebelumnya dengan menampilkan hasil lomba poster Gema Ramadhan dan juga remaja muslim lainnya. Tentunya jalan sehat juga diperuntukan untuk bapak-bapak dna ibu-ibu yang berminat. Bagi Ibu-ibu dan remaja putri diharuskan memakai pakaian olahraga muslimah (berjilbab). Ada hadiah menarik dan doorprice dari sponsor dan donatur. Jangan lewatkan acara tersebut. Insya Allah akan dimulai dari pukul 06.30 WIB sampai 09.00 dengan start dari Masjid Assalam berjalan ke arah selatan menyusuri jalan utama timur perumahan ke arah Blok 1 dan memutar jalur tengah ke arah utara sehingga sampai blok 39 memutari bundaran dekat Masjid Baru RW V Karanglewas Lor dan menyusuri jalan samping sungai sehingga sampai Masjid Assalam. Setelah sampai peserta jalan sehat dan pawai Gema Ramadhan dapat beristirahat sambil menunggu undian hadiah dan doorprice.
Bagi bapak-bapak setelah jalan sehat diharapkan tidak langsung pulang karena akan ada acara Kerja Bakti Bersih Masjid Assalam pukul 09.00 - 11.00 WIB pada hari yang sama tersebut. Tentunya panitia Gema Ramadhan 1436 H menyediakan makan siang yang diperuntukkan bagi para bapak-bapak dan remaja yang bekerja bakti. Semoga ketiga acara tersebut dapat sukses sehingga Ramadhan 1436 H dapat disambut dengan badan yang sehat dan lingkungan yang bersih. Marhaban Ya Ramadhan.....
Sunday, March 29, 2015
TETANGGA, CERMIN IMANKU
Memuliakan tetangga adalah wajib dalam Islam yang dapat
mengantarkan seorang muslim masuk ke dalam Surga ataupun Neraka. Siapakah yang
dimaksud dengan tetangga ? Menurut Imam as-Suhaymi, kriteria tetangga ialah
orang yang jarak antara rumah Anda dengan rumahnya kurang dari 40 rumah dari
berbagai arah. Islam mensyariatkan, memuliakan tetangga adalah wujud keimanan
dan bagian dari akhlak mulia. “Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat
baiklah kepada dua orang ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesunguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakandiri”(An-Nisaa’: 36)
Rasulullah bersabda : “Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka hendaklah ia memuliakan
tetangganya, “.(HR Muslim)
Dalam hadis lain, Rasulullah
mengungkapkan bahwa Jibril selalu memerintahkannya untuk berbuat baik
kepada tetangga, sampai-sampai beliau mengira tetangga termasuk salah satu ahli
waris. ‘Malaikat Jibril senantlasa
berpesan kepadaku untuk selalu berbuat baik kepada tetangga, hingga aku
menyangka tetangga itu akan Ikut mewarisinya.”
(HR Bukhari dan Muslim)
Ada kisah tentang seorang wanita ahli ibadah, tapi divonis
oleh Rasul sebagai ahli neraka. Mengapa? Karena ia selalu menyakiti
tetangganya. “Wahai Rasulullah, ada seorang
wanita bangun di waktu malam (shalattahajud) dan berpuasa di slang hari. Dia
juga berbuat baik dan bershadaqah. Akan tetapi dia suka mengganggu tetangga
dengan lidahnya.” Rasulullah
menjawab, “Tidak ada kebaikan baginya,
dia adalah penduduk neraka.” Lalu,
mereka bertanya, Ada seorang wanita lain yang melakukan shalat fardhu,
bershadaqah dengan gandum, dan tidak pernah mengganggu tetangganya.” Rasulullah bersabda, “Dia adalah bagian dari
penduduk surga” (HR Al
Bukhari)
Hadist diatas memberikan gambaran kepada kita bahwa ibadah
tidak melulu langsung kepada Allah (hablum minallah), tapi juga bersentuhan
dengan unsur sesama (hablum minannas). Karena itu, Rasul memerintahkan Abu Dzar dan istrinya agar
memperbanyak kuah saat memasak. “Jika
engkau memasak sayur maka perbanyaklah kuahnya, lalu perhatikan tetanggamu, dan
berikanlah kepadanya dengan cara yang baik”.
(HR Muslim).
Rasul pun menyatakan tidak beriman seseorang yang tidur
dalam keadaan kenyang sementara tetangganya meringis kelaparan. “Saya pernah mendengar Ibnu
Abbas meriwayatkan dari Ibnu Zubair dimana dia menuturkan, Saya pernah
mendengar Rasulullah bersabda, “Bukan
termasuk orang yang beriman, siapa saja yang kenyang sedangkan tetangganya
dalam keadaan lapar’ (HR
AI-Bukhari)
Intisari dari Tabligh Akbar di Masjid Baitulmuslimin Alun Alun Purwokerto, Ahad 29 Maret 2015 Pukul 09.00 WIB bersama Ustadz M. Nuzul Zikri Lc.
Peliput: Ustadz M. Ajib Tamami, SE (Ketua Takmir Masjid Assalam)
Dukun dan Tukang Ramal Budak Syaithan
Oleh : Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman Lombok -hafizhohullohu ta’ala-
Sangatlah mengherankan, ternyata dari kalangan manusia ini ada yang menjadi murid sekaligus kaki tangan setan, siap menuruti segala petuahnya serta siap menjadi hamba dan budaknya. Dengan sikap ini, dia lancarkan segala manuver penyesatan yang dilakukan oleh musuh Allah l dan musuh kaum mukminin, pemimpin kejahatan, iblis la’natullah. Mereka adalah dukun dan tukang ramal.
Melalui murid, sang guru mendapatkan banyak peluang untuk melakukan penipuan dan penyesatan. Bahkan sang guru telah menciptakan kondisi yang seolah-olah umat ini tergantung dan tidak bisa terlepas dari dukun dan tukang ramal. Rumah panggung yang sudah reot dipadati pengunjung dari berbagai penjuru, yang semuanya ingin mengadukan nasib hidupnya. Padahal si dukun atau tukang ramal itu sendiri tidak mengetahui nasib dirinya. Karena jika dia mengetahui nasib hidupnya niscaya dia akan bisa mengubah nasibnya sendiri serta istri dan anaknya. Kedustaan menjadi senjatanya yang paling ampuh. Kekufuran menjadi baju dan selimutnya. Ilmu ghaib menjadi sandaran petuahnya. Padahal Allah l mengatakan:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Al-Mahfuzh).” (Al-An’am: 59)
As-Sa’di t berkata: “Ayat yang mulia ini merupakan ayat yang paling besar dalam merincikan luasnya ilmu Allah l, yang mencakup seluruh perkara ghaib. Allah l mengajarkan sebagiannya kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki. Namun kebanyakan perkara ghaib itu disembunyikan ilmunya dari malaikat yang dekat maupun para rasul yang diutus, lebih-lebih dari selain mereka. Allah l mengetahui segala yang ada di daratan berupa berbagai macam hewan, pohon, pasir, kerikil, dan debu. Allah l juga mengetahui segala yang ada di lautan berupa berbagai macam hewan laut, segala macam tambang, ikan dan segala yang terkandung di dalamnya serta air yang meliputinya…
Jika semua makhluk dari yang pertama sampai yang terakhir, berkumpul untuk mengetahui sebagian sifat Allah l, niscaya mereka tidak akan sanggup dan tidak akan mencapainya. Maka Maha Suci Allah Rabb yang Mulia, Maha Luas, Maha mengetahui, Maha terpuji, Maha Mulia, dan Maha menyaksikan segala sesuatu, tidak ada sesembahan selain-Nya. Tidak ada seorang pun yang sanggup memuji-Nya. Dia adalah sebagaimana Dia puji Diri-Nya, dan di atas segala pujian hamba-hamba-Nya. Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu Allah l mencakup segala sesuatu dan bahwa kitab-Nya (Lauh Al-Mahfuzh) yang tertulis mencakup segala kejadian.” (Tafsir As-Sa’di, 1/259)
“Katakanlah: ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman’.” (Al-A’raf: 188)
Ibnu Katsir t berkata: “Allah memerintahkan kepada beliau agar menyerahkan semua urusannya kepada Allah. Juga memerintahkan agar beliau memberitakan tentang dirinya bahwa dia tidak mengetahui perkara ghaib. Tidaklah beliau mengetahui perkara yang ghaib melainkan apa yang telah diberitahukan oleh Allah l, sebagaimana firman Allah :
“(Dia adalah Dzat) yang mengetahui yang ghaib. Maka dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Maka sesungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (Al-Jin: 26-27) [Tafsir Ibnu Katsir, 3/523]
Jika imam para nabi dan rasul, Nabi kita Muhammad tidak mengetahui perkara ghaib, apakah kemudian selain beliau patut untuk mengilmuinya dan menjadikannya sebagai sandaran petuah? Apakah selain beliau n bisa menguasainya sementara beliau n tidak? Tentu ini adalah bentuk kedangkalan akal dan kerusakan fitrah.
Mengenal Lebih Dekat Dukun dan Arraf
‘Arraf merupakan bentuk mubalaghah (penyangatan) dari kata ‘arif. Ada sebagian ulama mengatakan bahwa ‘arraf itu sama dengan kahin (dukun) yaitu orang yang memberitahukan tentang sesuatu yang akan datang. Sebagian yang lain mengatakan ‘arraf adalah nama umum dari kata kahin, dukun, munajjim, rammal, dan selainnya, yaitu orang yang berbicara tentang sesuatu yang ghaib dengan tanda-tanda yang dia pergunakan.
Di antara alat yang dipergunakan untuk mengetahui perkara yang ghaib adalah: pertama, melalui kasyf (baca: terawangan); dan kedua, melalui setan. Al-Imam Al-Baghawi t mengatakan: “Arraf adalah orang yang mengaku mengerti suatu benda atau barang yang dicuri, tempat hilangnya, atau selainnya, dengan tanda-tanda tertentu.”
Kahin (dukun) adalah orang yang memberitahukan tentang terjadinya suatu perkara ghaib pada waktu yang akan datang. Atau dengan kata lain, orang yang memberitahukan apa yang ada di dalam hati. (Lihat Majmu’ Fatawa, 35/173)
Walhasil, ‘arraf dan kahin adalah orang yang mengambil ilmu dari mustariqus sama’ (para pencuri berita dari langit) yaitu para setan. Rasulullah n telah menceritakan dalam sebuah hadits tentang cara pengajaran ilmu perdukunan oleh setan:
“Apabila Allah memutuskan sebuah urusan di langit, tertunduklah seluruh malaikat karena takutnya terhadap firman Allah l seakan-akan suara rantai tergerus di atas batu. Tatkala tersadar, mereka berkata: “Apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?” Mereka menjawab: “Kebenaran, dan dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Lalu berita tersebut dicuri oleh para pencuri pendengaran (setan). Demikian sebagian mereka di atas sebagian yang lain –Sufyan menggambarkan tumpang tindihnya mereka dengan telapak tangan beliau lalu menjarakkan antara jari jemarinya–. (Pencuri berita) itu mendengar kalimat yang disampaikan, lalu menyampaikannya kepada yang di bawahnya. Yang di bawahnya menyampaikannya kepada yang di bawahnya lagi, sampai dia menyampaikannya ke lisan tukang sihir atau dukun. Terkadang mereka terkena bintang pelempar sebelum dia menyampaikannya, namun terkadang dia bisa menyampaikan berita tersebut sebelum terkena bintang tersebut. Dia menyisipkan seratus kedustaan bersama satu berita yang benar itu. Kemudian petuah dukun yang salah dikomentari: “Bukankah dia telah mengatakan demikian pada hari demikian?” Dia dibenarkan dengan kalimat yang didengarnya dari langit itu.” (HR. Al-Bukhari no. 4522 dari sahabat Abu Hurairah z)
Rasulullah n menandaskan sebuah kedok dan sekaligus topeng mereka yang dipergunakan untuk menipu umat, yaitu satu kali benar dan seratus kali berdusta. Dengan satu kali benar itu, dia melarismaniskan seratus kedustaan yang diciptakannya. Dan kedustaannya itu tidak dibenarkan melainkan karena satu kalimat tersebut. (Lihat Tafsir As-Sa’di, 1/700 dan Al-Qaulus Sadid hal. 71)
Inilah sesungguhnya tujuan setan mencuri kebenaran dari langit, yaitu menipu manusia dan mencampurkan kebenaran dengan kebatilan serta mengaburkan kebenaran tersebut dengan kebatilan. Jika mereka membawa kebatilan yang murni, niscaya tidak ada seorang pun membenarkannya. Namun jika mereka mencampurkan kebatilan itu dengan sedikit kebenaran, akan menjadi fitnah (ujian) bagi orang yang lemah iman dan akalnya. (Lihat I’anatul Mustafid bi Syarh Kitab At-Tauhid 1/408)
Ada tiga keadaan terkait dengan guru-guru dukun dan tukang ramal, yaitu para pencuri kebenaran dari langit:
Pertama: Sebelum diutusnya Rasulullah , jumlah mereka banyak sekali.
Kedua: Setelah diutusnya Rasulullah . Dalam kondisi ini, tidak pernah terjadi pencurian berita dari langit. Kalaupun terjadi, itu jarang dan bukan dalam hal wahyu Allah l.
Ketiga: Setelah beliau meninggal dunia. Kondisinya kembali kepada kondisi pertama, namun lebih sedikit dari kondisi sebelum diutusnya Rasulullah n. (Tamhid Syarah Kitab At-Tauhid, 1/447)
Benarkah Dukun dan Tukang Ramal Mengetahui Nasib alias Hal Ghaib?
Permasalahan perkara ghaib, ilmunya hanya di tangan Allah semata. Tidak ada sedikit pun ilmunya di tangan manusia. Jika ada orang yang mengaku mengerti ilmu ghaib berarti dia telah berdusta dan telah melakukan kekafiran yang nyata. Allah l berfirman:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri.” (Al-An’am: 59)
“Katakanlah: ‘Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah’, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (An-Naml: 65)
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.” (Luqman: 34)
“(Dia adalah Dzat) yang mengetahui yang ghaib. maka dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Maka sesungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. Supaya dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Rabbnya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” (Al-Jin: 26-28)
Masih banyak lagi dalil yang menjelaskan masalah ini, baik di dalam Al-Qur’an atau di dalam hadits.
Al-Hafizh Ibnu Hajar t berkata: “Ilmu ghaib … sebuah sifat yang khusus bagi Allah l, dan semua yang diberitakan oleh Rasulullah n tentang perkara ghaib adalah pemberitahuan Allah l, bukan semata-mata dari beliau.” (Fathul Bari, 9/203)
Rasulullah n mengingkari ketika diri beliau dianggap mengetahui perkara ghaib, sebagaimana dalam riwayat Al-Imam Al-Bukhari t dari Rubayyi’ bintu Mu’awwidz bin ‘Afra x. Dia berkata: “Tatkala Rasulullah walimatul ‘urs denganku, beliau duduk seperti duduknya dirimu (maksudnya perawi, red.) di hadapanku. Mulailah budak-budak wanita memukul (duff/semacam rebana) dan berdendang tentang ayah-ayah mereka yang terbunuh pada perang Badr. Di saat itu, salah seorang mereka berkata: ‘Dan di tengah kami ada seorang Nabi, yang mengetahui perkara esok hari.’ Beliau lalu berkata: ‘Tinggalkan ucapan ini! Katakanlah seperti ucapan yang telah engkau ucapkan’.”
Hadits ini menunjukkan, tidak benar jika seseorang berkeyakinan bahwa seorang nabi, wali, imam, atau syahid, mengetahui perkara ghaib. Sampai pun di hadapan Rasulullah n, keyakinan ini tidak boleh terjadi.” (Risalatut Tauhid, 1/77)
Pembaca yang budiman. Jika Rasulullah n sebagai imam para nabi dan rasul tidak mengerti perkara ghaib, apakah masuk akal jika selain mereka dapat mengetahuinya? Dari sini jelaslah bahwa pengakuan mengetahui perkara ghaib adalah sebuah kedustaan yang nyata. Tampilnya para dukun dan tukang ramal yang mengaku mengerti hal itu merupakan dajjal.
Bolehkah Mendatangi Dukun dan Tukang Ramal?
Telah jelas dalam pembahasan di depan tentang hakikat dukun, siapa dia dan bagaimana kiprahnya di tengah umat sebagai “jagoan dalam berpetuah” tentang nasib seseorang. Lalu bagaimanakah hukum mendatangi mereka dan bertanya dalam berbagai persoalan kelangsungan hidup, susah atau senang, beruntung atau gagal, celaka atau selamat, dan sebagainya? Telah dibahas oleh para ulama hukum mendatangi mereka:
Pertama: Mendatanginya untuk bertanya tentang sesuatu tanpa membenarkan apa yang dikatakan. Ini termasuk sesuatu yang haram dalam agama. Ancamannya, tidak akan diterima shalatnya 40 malam, sebagaimana dalam hadits:
“Barangsiapa mendatangi tukang ramal, lalu dia bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya 40 malam.” (HR. Muslim no. 2230 dari istri Rasulullah n)
Kedua: Mendatangi mereka untuk bertanya kepadanya dan dia membenarkannya, maka dia telah
“Barangsiapa mendatangi dukun –Musa (perawi hadits) berkata: lalu dia membenarkan petuah dukun tersebut; kemudian mereka berdua sepakat dalam periwayatannya– atau mendatangi istrinya –Musaddad berkata: istrinya dalam keadaan haid– atau dia mendatangi istrinya –Musaddad berkata: istrinya pada duburnya– maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan oleh Allah kepada Muhammad.” (HR. Abu Dawud no. 9304 dari sahabat Abu Hurairah z dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani)
Ketiga: Mendatangi mereka untuk mengujinya apakah dia benar atau dusta sekaligus untuk membongkar kedoknya, memperlihatkan kelemahannya. Tentunya dia memiliki ilmu untuk menilai benar atau dusta. Ini dibolehkan, bahkan terkadang hukumnya wajib, sebagaimana dalam riwayat Al-Imam Al-Bukhari (no. 1289) dan Muslim (no. 2930) bahwa Nabi n bertanya kepada Ibnu Shayyad: “Apa yang telah datang kepadamu?” “Telah datang kepadaku orang yang jujur dan pendusta.” Rasulullah n bertanya: “Apa yang kamu lihat?” Dia berkata: “Aku melihat Arsy di atas air.” Beliau bertanya: “Sesungguhnya aku telah merahasiakan sesuatu apakah dia?” Dia berkata: “Dukh, dukh (asap).” Rasulullah n berkata: “Diamlah. Engkau tidak memiliki kemampuan melainkan apa yang telah diberikan oleh Allah kepadamu. Sesungguhnya engkau tidak lebih dari dukun seperti teman-temanmu.” (Lihat Majmu’ Fatawa, 4/186 dan Al-Qaul Al-Mufid, 1/397)
Jaringan Dukun dan Tukang Ramal serta Silsilah Ilmu Mereka
Telah lewat bahwa perdukunan dan peramalan itu sebuah kekufuran. Untuk mengerti berita tentang orang yang datang bertanya dan tentang barangnya yang dicuri, siapa yang mencurinya, barangnya yang hilang dan di mana tempat hilangnya, di sinilah letaknya kerja sama yang baik antara setan di satu pihak dengan dukun atau tukang ramal di pihak yang lain. Muhammad Hamid Al-Faqi berkata dalam komentarnya dalam kitab Fathul Majid (hal. 353): “Adanya hubungan intim antara qarin dari jin dengan qarin dari manusia, keduanya saling menyampaikan dan mencari berita yang disukai. Qarin dukun dan tukang ramal ini mencari berita dari qarin orang yang datang bertanya, karena setiap manusia memiliki qarin dari kalangan setan, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Lalu qarin orang yang bertanya itu memberitahukan kepada qarin dukun atau tukang ramal tersebut segala sesuatu yang merupakan perihal kebiasaan orang yang datang bertanya, dan perihal di rumahnya.”
Orang-orang jahil menduga bahwa ini terjadi dari buah keshalihan atau ketakwaan dan karamah. Dengan kebaikannya, dia telah membuka tabir tentang semuanya. Ini termasuk kesesatan yang paling tinggi dan kehinaan yang paling rendah, meskipun banyak orang telah tertipu bahkan orang yang dikatakan berilmu dan baik.”
Wallahu a‘lam.
Sumber : Majalah Asy-Syariah
Sangatlah mengherankan, ternyata dari kalangan manusia ini ada yang menjadi murid sekaligus kaki tangan setan, siap menuruti segala petuahnya serta siap menjadi hamba dan budaknya. Dengan sikap ini, dia lancarkan segala manuver penyesatan yang dilakukan oleh musuh Allah l dan musuh kaum mukminin, pemimpin kejahatan, iblis la’natullah. Mereka adalah dukun dan tukang ramal.
Melalui murid, sang guru mendapatkan banyak peluang untuk melakukan penipuan dan penyesatan. Bahkan sang guru telah menciptakan kondisi yang seolah-olah umat ini tergantung dan tidak bisa terlepas dari dukun dan tukang ramal. Rumah panggung yang sudah reot dipadati pengunjung dari berbagai penjuru, yang semuanya ingin mengadukan nasib hidupnya. Padahal si dukun atau tukang ramal itu sendiri tidak mengetahui nasib dirinya. Karena jika dia mengetahui nasib hidupnya niscaya dia akan bisa mengubah nasibnya sendiri serta istri dan anaknya. Kedustaan menjadi senjatanya yang paling ampuh. Kekufuran menjadi baju dan selimutnya. Ilmu ghaib menjadi sandaran petuahnya. Padahal Allah l mengatakan:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Al-Mahfuzh).” (Al-An’am: 59)
As-Sa’di t berkata: “Ayat yang mulia ini merupakan ayat yang paling besar dalam merincikan luasnya ilmu Allah l, yang mencakup seluruh perkara ghaib. Allah l mengajarkan sebagiannya kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki. Namun kebanyakan perkara ghaib itu disembunyikan ilmunya dari malaikat yang dekat maupun para rasul yang diutus, lebih-lebih dari selain mereka. Allah l mengetahui segala yang ada di daratan berupa berbagai macam hewan, pohon, pasir, kerikil, dan debu. Allah l juga mengetahui segala yang ada di lautan berupa berbagai macam hewan laut, segala macam tambang, ikan dan segala yang terkandung di dalamnya serta air yang meliputinya…
Jika semua makhluk dari yang pertama sampai yang terakhir, berkumpul untuk mengetahui sebagian sifat Allah l, niscaya mereka tidak akan sanggup dan tidak akan mencapainya. Maka Maha Suci Allah Rabb yang Mulia, Maha Luas, Maha mengetahui, Maha terpuji, Maha Mulia, dan Maha menyaksikan segala sesuatu, tidak ada sesembahan selain-Nya. Tidak ada seorang pun yang sanggup memuji-Nya. Dia adalah sebagaimana Dia puji Diri-Nya, dan di atas segala pujian hamba-hamba-Nya. Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu Allah l mencakup segala sesuatu dan bahwa kitab-Nya (Lauh Al-Mahfuzh) yang tertulis mencakup segala kejadian.” (Tafsir As-Sa’di, 1/259)
“Katakanlah: ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman’.” (Al-A’raf: 188)
Ibnu Katsir t berkata: “Allah memerintahkan kepada beliau agar menyerahkan semua urusannya kepada Allah. Juga memerintahkan agar beliau memberitakan tentang dirinya bahwa dia tidak mengetahui perkara ghaib. Tidaklah beliau mengetahui perkara yang ghaib melainkan apa yang telah diberitahukan oleh Allah l, sebagaimana firman Allah :
“(Dia adalah Dzat) yang mengetahui yang ghaib. Maka dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Maka sesungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (Al-Jin: 26-27) [Tafsir Ibnu Katsir, 3/523]
Jika imam para nabi dan rasul, Nabi kita Muhammad tidak mengetahui perkara ghaib, apakah kemudian selain beliau patut untuk mengilmuinya dan menjadikannya sebagai sandaran petuah? Apakah selain beliau n bisa menguasainya sementara beliau n tidak? Tentu ini adalah bentuk kedangkalan akal dan kerusakan fitrah.
Mengenal Lebih Dekat Dukun dan Arraf
‘Arraf merupakan bentuk mubalaghah (penyangatan) dari kata ‘arif. Ada sebagian ulama mengatakan bahwa ‘arraf itu sama dengan kahin (dukun) yaitu orang yang memberitahukan tentang sesuatu yang akan datang. Sebagian yang lain mengatakan ‘arraf adalah nama umum dari kata kahin, dukun, munajjim, rammal, dan selainnya, yaitu orang yang berbicara tentang sesuatu yang ghaib dengan tanda-tanda yang dia pergunakan.
Di antara alat yang dipergunakan untuk mengetahui perkara yang ghaib adalah: pertama, melalui kasyf (baca: terawangan); dan kedua, melalui setan. Al-Imam Al-Baghawi t mengatakan: “Arraf adalah orang yang mengaku mengerti suatu benda atau barang yang dicuri, tempat hilangnya, atau selainnya, dengan tanda-tanda tertentu.”
Kahin (dukun) adalah orang yang memberitahukan tentang terjadinya suatu perkara ghaib pada waktu yang akan datang. Atau dengan kata lain, orang yang memberitahukan apa yang ada di dalam hati. (Lihat Majmu’ Fatawa, 35/173)
Walhasil, ‘arraf dan kahin adalah orang yang mengambil ilmu dari mustariqus sama’ (para pencuri berita dari langit) yaitu para setan. Rasulullah n telah menceritakan dalam sebuah hadits tentang cara pengajaran ilmu perdukunan oleh setan:
“Apabila Allah memutuskan sebuah urusan di langit, tertunduklah seluruh malaikat karena takutnya terhadap firman Allah l seakan-akan suara rantai tergerus di atas batu. Tatkala tersadar, mereka berkata: “Apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?” Mereka menjawab: “Kebenaran, dan dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Lalu berita tersebut dicuri oleh para pencuri pendengaran (setan). Demikian sebagian mereka di atas sebagian yang lain –Sufyan menggambarkan tumpang tindihnya mereka dengan telapak tangan beliau lalu menjarakkan antara jari jemarinya–. (Pencuri berita) itu mendengar kalimat yang disampaikan, lalu menyampaikannya kepada yang di bawahnya. Yang di bawahnya menyampaikannya kepada yang di bawahnya lagi, sampai dia menyampaikannya ke lisan tukang sihir atau dukun. Terkadang mereka terkena bintang pelempar sebelum dia menyampaikannya, namun terkadang dia bisa menyampaikan berita tersebut sebelum terkena bintang tersebut. Dia menyisipkan seratus kedustaan bersama satu berita yang benar itu. Kemudian petuah dukun yang salah dikomentari: “Bukankah dia telah mengatakan demikian pada hari demikian?” Dia dibenarkan dengan kalimat yang didengarnya dari langit itu.” (HR. Al-Bukhari no. 4522 dari sahabat Abu Hurairah z)
Rasulullah n menandaskan sebuah kedok dan sekaligus topeng mereka yang dipergunakan untuk menipu umat, yaitu satu kali benar dan seratus kali berdusta. Dengan satu kali benar itu, dia melarismaniskan seratus kedustaan yang diciptakannya. Dan kedustaannya itu tidak dibenarkan melainkan karena satu kalimat tersebut. (Lihat Tafsir As-Sa’di, 1/700 dan Al-Qaulus Sadid hal. 71)
Inilah sesungguhnya tujuan setan mencuri kebenaran dari langit, yaitu menipu manusia dan mencampurkan kebenaran dengan kebatilan serta mengaburkan kebenaran tersebut dengan kebatilan. Jika mereka membawa kebatilan yang murni, niscaya tidak ada seorang pun membenarkannya. Namun jika mereka mencampurkan kebatilan itu dengan sedikit kebenaran, akan menjadi fitnah (ujian) bagi orang yang lemah iman dan akalnya. (Lihat I’anatul Mustafid bi Syarh Kitab At-Tauhid 1/408)
Ada tiga keadaan terkait dengan guru-guru dukun dan tukang ramal, yaitu para pencuri kebenaran dari langit:
Pertama: Sebelum diutusnya Rasulullah , jumlah mereka banyak sekali.
Kedua: Setelah diutusnya Rasulullah . Dalam kondisi ini, tidak pernah terjadi pencurian berita dari langit. Kalaupun terjadi, itu jarang dan bukan dalam hal wahyu Allah l.
Ketiga: Setelah beliau meninggal dunia. Kondisinya kembali kepada kondisi pertama, namun lebih sedikit dari kondisi sebelum diutusnya Rasulullah n. (Tamhid Syarah Kitab At-Tauhid, 1/447)
Benarkah Dukun dan Tukang Ramal Mengetahui Nasib alias Hal Ghaib?
Permasalahan perkara ghaib, ilmunya hanya di tangan Allah semata. Tidak ada sedikit pun ilmunya di tangan manusia. Jika ada orang yang mengaku mengerti ilmu ghaib berarti dia telah berdusta dan telah melakukan kekafiran yang nyata. Allah l berfirman:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri.” (Al-An’am: 59)
“Katakanlah: ‘Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah’, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (An-Naml: 65)
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.” (Luqman: 34)
“(Dia adalah Dzat) yang mengetahui yang ghaib. maka dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Maka sesungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. Supaya dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Rabbnya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” (Al-Jin: 26-28)
Masih banyak lagi dalil yang menjelaskan masalah ini, baik di dalam Al-Qur’an atau di dalam hadits.
Al-Hafizh Ibnu Hajar t berkata: “Ilmu ghaib … sebuah sifat yang khusus bagi Allah l, dan semua yang diberitakan oleh Rasulullah n tentang perkara ghaib adalah pemberitahuan Allah l, bukan semata-mata dari beliau.” (Fathul Bari, 9/203)
Rasulullah n mengingkari ketika diri beliau dianggap mengetahui perkara ghaib, sebagaimana dalam riwayat Al-Imam Al-Bukhari t dari Rubayyi’ bintu Mu’awwidz bin ‘Afra x. Dia berkata: “Tatkala Rasulullah walimatul ‘urs denganku, beliau duduk seperti duduknya dirimu (maksudnya perawi, red.) di hadapanku. Mulailah budak-budak wanita memukul (duff/semacam rebana) dan berdendang tentang ayah-ayah mereka yang terbunuh pada perang Badr. Di saat itu, salah seorang mereka berkata: ‘Dan di tengah kami ada seorang Nabi, yang mengetahui perkara esok hari.’ Beliau lalu berkata: ‘Tinggalkan ucapan ini! Katakanlah seperti ucapan yang telah engkau ucapkan’.”
Hadits ini menunjukkan, tidak benar jika seseorang berkeyakinan bahwa seorang nabi, wali, imam, atau syahid, mengetahui perkara ghaib. Sampai pun di hadapan Rasulullah n, keyakinan ini tidak boleh terjadi.” (Risalatut Tauhid, 1/77)
Pembaca yang budiman. Jika Rasulullah n sebagai imam para nabi dan rasul tidak mengerti perkara ghaib, apakah masuk akal jika selain mereka dapat mengetahuinya? Dari sini jelaslah bahwa pengakuan mengetahui perkara ghaib adalah sebuah kedustaan yang nyata. Tampilnya para dukun dan tukang ramal yang mengaku mengerti hal itu merupakan dajjal.
Bolehkah Mendatangi Dukun dan Tukang Ramal?
Telah jelas dalam pembahasan di depan tentang hakikat dukun, siapa dia dan bagaimana kiprahnya di tengah umat sebagai “jagoan dalam berpetuah” tentang nasib seseorang. Lalu bagaimanakah hukum mendatangi mereka dan bertanya dalam berbagai persoalan kelangsungan hidup, susah atau senang, beruntung atau gagal, celaka atau selamat, dan sebagainya? Telah dibahas oleh para ulama hukum mendatangi mereka:
Pertama: Mendatanginya untuk bertanya tentang sesuatu tanpa membenarkan apa yang dikatakan. Ini termasuk sesuatu yang haram dalam agama. Ancamannya, tidak akan diterima shalatnya 40 malam, sebagaimana dalam hadits:
“Barangsiapa mendatangi tukang ramal, lalu dia bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya 40 malam.” (HR. Muslim no. 2230 dari istri Rasulullah n)
Kedua: Mendatangi mereka untuk bertanya kepadanya dan dia membenarkannya, maka dia telah
“Barangsiapa mendatangi dukun –Musa (perawi hadits) berkata: lalu dia membenarkan petuah dukun tersebut; kemudian mereka berdua sepakat dalam periwayatannya– atau mendatangi istrinya –Musaddad berkata: istrinya dalam keadaan haid– atau dia mendatangi istrinya –Musaddad berkata: istrinya pada duburnya– maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan oleh Allah kepada Muhammad.” (HR. Abu Dawud no. 9304 dari sahabat Abu Hurairah z dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani)
Ketiga: Mendatangi mereka untuk mengujinya apakah dia benar atau dusta sekaligus untuk membongkar kedoknya, memperlihatkan kelemahannya. Tentunya dia memiliki ilmu untuk menilai benar atau dusta. Ini dibolehkan, bahkan terkadang hukumnya wajib, sebagaimana dalam riwayat Al-Imam Al-Bukhari (no. 1289) dan Muslim (no. 2930) bahwa Nabi n bertanya kepada Ibnu Shayyad: “Apa yang telah datang kepadamu?” “Telah datang kepadaku orang yang jujur dan pendusta.” Rasulullah n bertanya: “Apa yang kamu lihat?” Dia berkata: “Aku melihat Arsy di atas air.” Beliau bertanya: “Sesungguhnya aku telah merahasiakan sesuatu apakah dia?” Dia berkata: “Dukh, dukh (asap).” Rasulullah n berkata: “Diamlah. Engkau tidak memiliki kemampuan melainkan apa yang telah diberikan oleh Allah kepadamu. Sesungguhnya engkau tidak lebih dari dukun seperti teman-temanmu.” (Lihat Majmu’ Fatawa, 4/186 dan Al-Qaul Al-Mufid, 1/397)
Jaringan Dukun dan Tukang Ramal serta Silsilah Ilmu Mereka
Telah lewat bahwa perdukunan dan peramalan itu sebuah kekufuran. Untuk mengerti berita tentang orang yang datang bertanya dan tentang barangnya yang dicuri, siapa yang mencurinya, barangnya yang hilang dan di mana tempat hilangnya, di sinilah letaknya kerja sama yang baik antara setan di satu pihak dengan dukun atau tukang ramal di pihak yang lain. Muhammad Hamid Al-Faqi berkata dalam komentarnya dalam kitab Fathul Majid (hal. 353): “Adanya hubungan intim antara qarin dari jin dengan qarin dari manusia, keduanya saling menyampaikan dan mencari berita yang disukai. Qarin dukun dan tukang ramal ini mencari berita dari qarin orang yang datang bertanya, karena setiap manusia memiliki qarin dari kalangan setan, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Lalu qarin orang yang bertanya itu memberitahukan kepada qarin dukun atau tukang ramal tersebut segala sesuatu yang merupakan perihal kebiasaan orang yang datang bertanya, dan perihal di rumahnya.”
Orang-orang jahil menduga bahwa ini terjadi dari buah keshalihan atau ketakwaan dan karamah. Dengan kebaikannya, dia telah membuka tabir tentang semuanya. Ini termasuk kesesatan yang paling tinggi dan kehinaan yang paling rendah, meskipun banyak orang telah tertipu bahkan orang yang dikatakan berilmu dan baik.”
Wallahu a‘lam.
Sumber : Majalah Asy-Syariah
Dukun dan Tukang Ramal Budak Syaithan
Oleh : Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman Lombok -hafizhohullohu ta’ala-
Sangatlah mengherankan, ternyata dari kalangan manusia ini ada yang menjadi murid sekaligus kaki tangan setan, siap menuruti segala petuahnya serta siap menjadi hamba dan budaknya. Dengan sikap ini, dia lancarkan segala manuver penyesatan yang dilakukan oleh musuh Allah l dan musuh kaum mukminin, pemimpin kejahatan, iblis la’natullah. Mereka adalah dukun dan tukang ramal.
Melalui murid, sang guru mendapatkan banyak peluang untuk melakukan penipuan dan penyesatan. Bahkan sang guru telah menciptakan kondisi yang seolah-olah umat ini tergantung dan tidak bisa terlepas dari dukun dan tukang ramal. Rumah panggung yang sudah reot dipadati pengunjung dari berbagai penjuru, yang semuanya ingin mengadukan nasib hidupnya. Padahal si dukun atau tukang ramal itu sendiri tidak mengetahui nasib dirinya. Karena jika dia mengetahui nasib hidupnya niscaya dia akan bisa mengubah nasibnya sendiri serta istri dan anaknya. Kedustaan menjadi senjatanya yang paling ampuh. Kekufuran menjadi baju dan selimutnya. Ilmu ghaib menjadi sandaran petuahnya. Padahal Allah l mengatakan:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Al-Mahfuzh).” (Al-An’am: 59)
As-Sa’di t berkata: “Ayat yang mulia ini merupakan ayat yang paling besar dalam merincikan luasnya ilmu Allah l, yang mencakup seluruh perkara ghaib. Allah l mengajarkan sebagiannya kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki. Namun kebanyakan perkara ghaib itu disembunyikan ilmunya dari malaikat yang dekat maupun para rasul yang diutus, lebih-lebih dari selain mereka. Allah l mengetahui segala yang ada di daratan berupa berbagai macam hewan, pohon, pasir, kerikil, dan debu. Allah l juga mengetahui segala yang ada di lautan berupa berbagai macam hewan laut, segala macam tambang, ikan dan segala yang terkandung di dalamnya serta air yang meliputinya…
Jika semua makhluk dari yang pertama sampai yang terakhir, berkumpul untuk mengetahui sebagian sifat Allah l, niscaya mereka tidak akan sanggup dan tidak akan mencapainya. Maka Maha Suci Allah Rabb yang Mulia, Maha Luas, Maha mengetahui, Maha terpuji, Maha Mulia, dan Maha menyaksikan segala sesuatu, tidak ada sesembahan selain-Nya. Tidak ada seorang pun yang sanggup memuji-Nya. Dia adalah sebagaimana Dia puji Diri-Nya, dan di atas segala pujian hamba-hamba-Nya. Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu Allah l mencakup segala sesuatu dan bahwa kitab-Nya (Lauh Al-Mahfuzh) yang tertulis mencakup segala kejadian.” (Tafsir As-Sa’di, 1/259)
“Katakanlah: ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman’.” (Al-A’raf: 188)
Ibnu Katsir t berkata: “Allah memerintahkan kepada beliau agar menyerahkan semua urusannya kepada Allah. Juga memerintahkan agar beliau memberitakan tentang dirinya bahwa dia tidak mengetahui perkara ghaib. Tidaklah beliau mengetahui perkara yang ghaib melainkan apa yang telah diberitahukan oleh Allah l, sebagaimana firman Allah :
“(Dia adalah Dzat) yang mengetahui yang ghaib. Maka dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Maka sesungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (Al-Jin: 26-27) [Tafsir Ibnu Katsir, 3/523]
Jika imam para nabi dan rasul, Nabi kita Muhammad tidak mengetahui perkara ghaib, apakah kemudian selain beliau patut untuk mengilmuinya dan menjadikannya sebagai sandaran petuah? Apakah selain beliau n bisa menguasainya sementara beliau n tidak? Tentu ini adalah bentuk kedangkalan akal dan kerusakan fitrah.
Mengenal Lebih Dekat Dukun dan Arraf
‘Arraf merupakan bentuk mubalaghah (penyangatan) dari kata ‘arif. Ada sebagian ulama mengatakan bahwa ‘arraf itu sama dengan kahin (dukun) yaitu orang yang memberitahukan tentang sesuatu yang akan datang. Sebagian yang lain mengatakan ‘arraf adalah nama umum dari kata kahin, dukun, munajjim, rammal, dan selainnya, yaitu orang yang berbicara tentang sesuatu yang ghaib dengan tanda-tanda yang dia pergunakan.
Di antara alat yang dipergunakan untuk mengetahui perkara yang ghaib adalah: pertama, melalui kasyf (baca: terawangan); dan kedua, melalui setan. Al-Imam Al-Baghawi t mengatakan: “Arraf adalah orang yang mengaku mengerti suatu benda atau barang yang dicuri, tempat hilangnya, atau selainnya, dengan tanda-tanda tertentu.”
Kahin (dukun) adalah orang yang memberitahukan tentang terjadinya suatu perkara ghaib pada waktu yang akan datang. Atau dengan kata lain, orang yang memberitahukan apa yang ada di dalam hati. (Lihat Majmu’ Fatawa, 35/173)
Walhasil, ‘arraf dan kahin adalah orang yang mengambil ilmu dari mustariqus sama’ (para pencuri berita dari langit) yaitu para setan. Rasulullah n telah menceritakan dalam sebuah hadits tentang cara pengajaran ilmu perdukunan oleh setan:
“Apabila Allah memutuskan sebuah urusan di langit, tertunduklah seluruh malaikat karena takutnya terhadap firman Allah l seakan-akan suara rantai tergerus di atas batu. Tatkala tersadar, mereka berkata: “Apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?” Mereka menjawab: “Kebenaran, dan dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Lalu berita tersebut dicuri oleh para pencuri pendengaran (setan). Demikian sebagian mereka di atas sebagian yang lain –Sufyan menggambarkan tumpang tindihnya mereka dengan telapak tangan beliau lalu menjarakkan antara jari jemarinya–. (Pencuri berita) itu mendengar kalimat yang disampaikan, lalu menyampaikannya kepada yang di bawahnya. Yang di bawahnya menyampaikannya kepada yang di bawahnya lagi, sampai dia menyampaikannya ke lisan tukang sihir atau dukun. Terkadang mereka terkena bintang pelempar sebelum dia menyampaikannya, namun terkadang dia bisa menyampaikan berita tersebut sebelum terkena bintang tersebut. Dia menyisipkan seratus kedustaan bersama satu berita yang benar itu. Kemudian petuah dukun yang salah dikomentari: “Bukankah dia telah mengatakan demikian pada hari demikian?” Dia dibenarkan dengan kalimat yang didengarnya dari langit itu.” (HR. Al-Bukhari no. 4522 dari sahabat Abu Hurairah z)
Rasulullah n menandaskan sebuah kedok dan sekaligus topeng mereka yang dipergunakan untuk menipu umat, yaitu satu kali benar dan seratus kali berdusta. Dengan satu kali benar itu, dia melarismaniskan seratus kedustaan yang diciptakannya. Dan kedustaannya itu tidak dibenarkan melainkan karena satu kalimat tersebut. (Lihat Tafsir As-Sa’di, 1/700 dan Al-Qaulus Sadid hal. 71)
Inilah sesungguhnya tujuan setan mencuri kebenaran dari langit, yaitu menipu manusia dan mencampurkan kebenaran dengan kebatilan serta mengaburkan kebenaran tersebut dengan kebatilan. Jika mereka membawa kebatilan yang murni, niscaya tidak ada seorang pun membenarkannya. Namun jika mereka mencampurkan kebatilan itu dengan sedikit kebenaran, akan menjadi fitnah (ujian) bagi orang yang lemah iman dan akalnya. (Lihat I’anatul Mustafid bi Syarh Kitab At-Tauhid 1/408)
Ada tiga keadaan terkait dengan guru-guru dukun dan tukang ramal, yaitu para pencuri kebenaran dari langit:
Pertama: Sebelum diutusnya Rasulullah , jumlah mereka banyak sekali.
Kedua: Setelah diutusnya Rasulullah . Dalam kondisi ini, tidak pernah terjadi pencurian berita dari langit. Kalaupun terjadi, itu jarang dan bukan dalam hal wahyu Allah l.
Ketiga: Setelah beliau meninggal dunia. Kondisinya kembali kepada kondisi pertama, namun lebih sedikit dari kondisi sebelum diutusnya Rasulullah n. (Tamhid Syarah Kitab At-Tauhid, 1/447)
Benarkah Dukun dan Tukang Ramal Mengetahui Nasib alias Hal Ghaib?
Permasalahan perkara ghaib, ilmunya hanya di tangan Allah semata. Tidak ada sedikit pun ilmunya di tangan manusia. Jika ada orang yang mengaku mengerti ilmu ghaib berarti dia telah berdusta dan telah melakukan kekafiran yang nyata. Allah l berfirman:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri.” (Al-An’am: 59)
“Katakanlah: ‘Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah’, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (An-Naml: 65)
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.” (Luqman: 34)
“(Dia adalah Dzat) yang mengetahui yang ghaib. maka dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Maka sesungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. Supaya dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Rabbnya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” (Al-Jin: 26-28)
Masih banyak lagi dalil yang menjelaskan masalah ini, baik di dalam Al-Qur’an atau di dalam hadits.
Al-Hafizh Ibnu Hajar t berkata: “Ilmu ghaib … sebuah sifat yang khusus bagi Allah l, dan semua yang diberitakan oleh Rasulullah n tentang perkara ghaib adalah pemberitahuan Allah l, bukan semata-mata dari beliau.” (Fathul Bari, 9/203)
Rasulullah n mengingkari ketika diri beliau dianggap mengetahui perkara ghaib, sebagaimana dalam riwayat Al-Imam Al-Bukhari t dari Rubayyi’ bintu Mu’awwidz bin ‘Afra x. Dia berkata: “Tatkala Rasulullah walimatul ‘urs denganku, beliau duduk seperti duduknya dirimu (maksudnya perawi, red.) di hadapanku. Mulailah budak-budak wanita memukul (duff/semacam rebana) dan berdendang tentang ayah-ayah mereka yang terbunuh pada perang Badr. Di saat itu, salah seorang mereka berkata: ‘Dan di tengah kami ada seorang Nabi, yang mengetahui perkara esok hari.’ Beliau lalu berkata: ‘Tinggalkan ucapan ini! Katakanlah seperti ucapan yang telah engkau ucapkan’.”
Hadits ini menunjukkan, tidak benar jika seseorang berkeyakinan bahwa seorang nabi, wali, imam, atau syahid, mengetahui perkara ghaib. Sampai pun di hadapan Rasulullah n, keyakinan ini tidak boleh terjadi.” (Risalatut Tauhid, 1/77)
Pembaca yang budiman. Jika Rasulullah n sebagai imam para nabi dan rasul tidak mengerti perkara ghaib, apakah masuk akal jika selain mereka dapat mengetahuinya? Dari sini jelaslah bahwa pengakuan mengetahui perkara ghaib adalah sebuah kedustaan yang nyata. Tampilnya para dukun dan tukang ramal yang mengaku mengerti hal itu merupakan dajjal.
Bolehkah Mendatangi Dukun dan Tukang Ramal?
Telah jelas dalam pembahasan di depan tentang hakikat dukun, siapa dia dan bagaimana kiprahnya di tengah umat sebagai “jagoan dalam berpetuah” tentang nasib seseorang. Lalu bagaimanakah hukum mendatangi mereka dan bertanya dalam berbagai persoalan kelangsungan hidup, susah atau senang, beruntung atau gagal, celaka atau selamat, dan sebagainya? Telah dibahas oleh para ulama hukum mendatangi mereka:
Pertama: Mendatanginya untuk bertanya tentang sesuatu tanpa membenarkan apa yang dikatakan. Ini termasuk sesuatu yang haram dalam agama. Ancamannya, tidak akan diterima shalatnya 40 malam, sebagaimana dalam hadits:
“Barangsiapa mendatangi tukang ramal, lalu dia bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya 40 malam.” (HR. Muslim no. 2230 dari istri Rasulullah n)
Kedua: Mendatangi mereka untuk bertanya kepadanya dan dia membenarkannya, maka dia telah
“Barangsiapa mendatangi dukun –Musa (perawi hadits) berkata: lalu dia membenarkan petuah dukun tersebut; kemudian mereka berdua sepakat dalam periwayatannya– atau mendatangi istrinya –Musaddad berkata: istrinya dalam keadaan haid– atau dia mendatangi istrinya –Musaddad berkata: istrinya pada duburnya– maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan oleh Allah kepada Muhammad.” (HR. Abu Dawud no. 9304 dari sahabat Abu Hurairah z dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani)
Ketiga: Mendatangi mereka untuk mengujinya apakah dia benar atau dusta sekaligus untuk membongkar kedoknya, memperlihatkan kelemahannya. Tentunya dia memiliki ilmu untuk menilai benar atau dusta. Ini dibolehkan, bahkan terkadang hukumnya wajib, sebagaimana dalam riwayat Al-Imam Al-Bukhari (no. 1289) dan Muslim (no. 2930) bahwa Nabi n bertanya kepada Ibnu Shayyad: “Apa yang telah datang kepadamu?” “Telah datang kepadaku orang yang jujur dan pendusta.” Rasulullah n bertanya: “Apa yang kamu lihat?” Dia berkata: “Aku melihat Arsy di atas air.” Beliau bertanya: “Sesungguhnya aku telah merahasiakan sesuatu apakah dia?” Dia berkata: “Dukh, dukh (asap).” Rasulullah n berkata: “Diamlah. Engkau tidak memiliki kemampuan melainkan apa yang telah diberikan oleh Allah kepadamu. Sesungguhnya engkau tidak lebih dari dukun seperti teman-temanmu.” (Lihat Majmu’ Fatawa, 4/186 dan Al-Qaul Al-Mufid, 1/397)
Jaringan Dukun dan Tukang Ramal serta Silsilah Ilmu Mereka
Telah lewat bahwa perdukunan dan peramalan itu sebuah kekufuran. Untuk mengerti berita tentang orang yang datang bertanya dan tentang barangnya yang dicuri, siapa yang mencurinya, barangnya yang hilang dan di mana tempat hilangnya, di sinilah letaknya kerja sama yang baik antara setan di satu pihak dengan dukun atau tukang ramal di pihak yang lain. Muhammad Hamid Al-Faqi berkata dalam komentarnya dalam kitab Fathul Majid (hal. 353): “Adanya hubungan intim antara qarin dari jin dengan qarin dari manusia, keduanya saling menyampaikan dan mencari berita yang disukai. Qarin dukun dan tukang ramal ini mencari berita dari qarin orang yang datang bertanya, karena setiap manusia memiliki qarin dari kalangan setan, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Lalu qarin orang yang bertanya itu memberitahukan kepada qarin dukun atau tukang ramal tersebut segala sesuatu yang merupakan perihal kebiasaan orang yang datang bertanya, dan perihal di rumahnya.”
Orang-orang jahil menduga bahwa ini terjadi dari buah keshalihan atau ketakwaan dan karamah. Dengan kebaikannya, dia telah membuka tabir tentang semuanya. Ini termasuk kesesatan yang paling tinggi dan kehinaan yang paling rendah, meskipun banyak orang telah tertipu bahkan orang yang dikatakan berilmu dan baik.”
Wallahu a‘lam.
Sumber : Majalah Asy-Syariah
Sangatlah mengherankan, ternyata dari kalangan manusia ini ada yang menjadi murid sekaligus kaki tangan setan, siap menuruti segala petuahnya serta siap menjadi hamba dan budaknya. Dengan sikap ini, dia lancarkan segala manuver penyesatan yang dilakukan oleh musuh Allah l dan musuh kaum mukminin, pemimpin kejahatan, iblis la’natullah. Mereka adalah dukun dan tukang ramal.
Melalui murid, sang guru mendapatkan banyak peluang untuk melakukan penipuan dan penyesatan. Bahkan sang guru telah menciptakan kondisi yang seolah-olah umat ini tergantung dan tidak bisa terlepas dari dukun dan tukang ramal. Rumah panggung yang sudah reot dipadati pengunjung dari berbagai penjuru, yang semuanya ingin mengadukan nasib hidupnya. Padahal si dukun atau tukang ramal itu sendiri tidak mengetahui nasib dirinya. Karena jika dia mengetahui nasib hidupnya niscaya dia akan bisa mengubah nasibnya sendiri serta istri dan anaknya. Kedustaan menjadi senjatanya yang paling ampuh. Kekufuran menjadi baju dan selimutnya. Ilmu ghaib menjadi sandaran petuahnya. Padahal Allah l mengatakan:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Al-Mahfuzh).” (Al-An’am: 59)
As-Sa’di t berkata: “Ayat yang mulia ini merupakan ayat yang paling besar dalam merincikan luasnya ilmu Allah l, yang mencakup seluruh perkara ghaib. Allah l mengajarkan sebagiannya kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki. Namun kebanyakan perkara ghaib itu disembunyikan ilmunya dari malaikat yang dekat maupun para rasul yang diutus, lebih-lebih dari selain mereka. Allah l mengetahui segala yang ada di daratan berupa berbagai macam hewan, pohon, pasir, kerikil, dan debu. Allah l juga mengetahui segala yang ada di lautan berupa berbagai macam hewan laut, segala macam tambang, ikan dan segala yang terkandung di dalamnya serta air yang meliputinya…
Jika semua makhluk dari yang pertama sampai yang terakhir, berkumpul untuk mengetahui sebagian sifat Allah l, niscaya mereka tidak akan sanggup dan tidak akan mencapainya. Maka Maha Suci Allah Rabb yang Mulia, Maha Luas, Maha mengetahui, Maha terpuji, Maha Mulia, dan Maha menyaksikan segala sesuatu, tidak ada sesembahan selain-Nya. Tidak ada seorang pun yang sanggup memuji-Nya. Dia adalah sebagaimana Dia puji Diri-Nya, dan di atas segala pujian hamba-hamba-Nya. Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu Allah l mencakup segala sesuatu dan bahwa kitab-Nya (Lauh Al-Mahfuzh) yang tertulis mencakup segala kejadian.” (Tafsir As-Sa’di, 1/259)
“Katakanlah: ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman’.” (Al-A’raf: 188)
Ibnu Katsir t berkata: “Allah memerintahkan kepada beliau agar menyerahkan semua urusannya kepada Allah. Juga memerintahkan agar beliau memberitakan tentang dirinya bahwa dia tidak mengetahui perkara ghaib. Tidaklah beliau mengetahui perkara yang ghaib melainkan apa yang telah diberitahukan oleh Allah l, sebagaimana firman Allah :
“(Dia adalah Dzat) yang mengetahui yang ghaib. Maka dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Maka sesungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (Al-Jin: 26-27) [Tafsir Ibnu Katsir, 3/523]
Jika imam para nabi dan rasul, Nabi kita Muhammad tidak mengetahui perkara ghaib, apakah kemudian selain beliau patut untuk mengilmuinya dan menjadikannya sebagai sandaran petuah? Apakah selain beliau n bisa menguasainya sementara beliau n tidak? Tentu ini adalah bentuk kedangkalan akal dan kerusakan fitrah.
Mengenal Lebih Dekat Dukun dan Arraf
‘Arraf merupakan bentuk mubalaghah (penyangatan) dari kata ‘arif. Ada sebagian ulama mengatakan bahwa ‘arraf itu sama dengan kahin (dukun) yaitu orang yang memberitahukan tentang sesuatu yang akan datang. Sebagian yang lain mengatakan ‘arraf adalah nama umum dari kata kahin, dukun, munajjim, rammal, dan selainnya, yaitu orang yang berbicara tentang sesuatu yang ghaib dengan tanda-tanda yang dia pergunakan.
Di antara alat yang dipergunakan untuk mengetahui perkara yang ghaib adalah: pertama, melalui kasyf (baca: terawangan); dan kedua, melalui setan. Al-Imam Al-Baghawi t mengatakan: “Arraf adalah orang yang mengaku mengerti suatu benda atau barang yang dicuri, tempat hilangnya, atau selainnya, dengan tanda-tanda tertentu.”
Kahin (dukun) adalah orang yang memberitahukan tentang terjadinya suatu perkara ghaib pada waktu yang akan datang. Atau dengan kata lain, orang yang memberitahukan apa yang ada di dalam hati. (Lihat Majmu’ Fatawa, 35/173)
Walhasil, ‘arraf dan kahin adalah orang yang mengambil ilmu dari mustariqus sama’ (para pencuri berita dari langit) yaitu para setan. Rasulullah n telah menceritakan dalam sebuah hadits tentang cara pengajaran ilmu perdukunan oleh setan:
“Apabila Allah memutuskan sebuah urusan di langit, tertunduklah seluruh malaikat karena takutnya terhadap firman Allah l seakan-akan suara rantai tergerus di atas batu. Tatkala tersadar, mereka berkata: “Apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?” Mereka menjawab: “Kebenaran, dan dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Lalu berita tersebut dicuri oleh para pencuri pendengaran (setan). Demikian sebagian mereka di atas sebagian yang lain –Sufyan menggambarkan tumpang tindihnya mereka dengan telapak tangan beliau lalu menjarakkan antara jari jemarinya–. (Pencuri berita) itu mendengar kalimat yang disampaikan, lalu menyampaikannya kepada yang di bawahnya. Yang di bawahnya menyampaikannya kepada yang di bawahnya lagi, sampai dia menyampaikannya ke lisan tukang sihir atau dukun. Terkadang mereka terkena bintang pelempar sebelum dia menyampaikannya, namun terkadang dia bisa menyampaikan berita tersebut sebelum terkena bintang tersebut. Dia menyisipkan seratus kedustaan bersama satu berita yang benar itu. Kemudian petuah dukun yang salah dikomentari: “Bukankah dia telah mengatakan demikian pada hari demikian?” Dia dibenarkan dengan kalimat yang didengarnya dari langit itu.” (HR. Al-Bukhari no. 4522 dari sahabat Abu Hurairah z)
Rasulullah n menandaskan sebuah kedok dan sekaligus topeng mereka yang dipergunakan untuk menipu umat, yaitu satu kali benar dan seratus kali berdusta. Dengan satu kali benar itu, dia melarismaniskan seratus kedustaan yang diciptakannya. Dan kedustaannya itu tidak dibenarkan melainkan karena satu kalimat tersebut. (Lihat Tafsir As-Sa’di, 1/700 dan Al-Qaulus Sadid hal. 71)
Inilah sesungguhnya tujuan setan mencuri kebenaran dari langit, yaitu menipu manusia dan mencampurkan kebenaran dengan kebatilan serta mengaburkan kebenaran tersebut dengan kebatilan. Jika mereka membawa kebatilan yang murni, niscaya tidak ada seorang pun membenarkannya. Namun jika mereka mencampurkan kebatilan itu dengan sedikit kebenaran, akan menjadi fitnah (ujian) bagi orang yang lemah iman dan akalnya. (Lihat I’anatul Mustafid bi Syarh Kitab At-Tauhid 1/408)
Ada tiga keadaan terkait dengan guru-guru dukun dan tukang ramal, yaitu para pencuri kebenaran dari langit:
Pertama: Sebelum diutusnya Rasulullah , jumlah mereka banyak sekali.
Kedua: Setelah diutusnya Rasulullah . Dalam kondisi ini, tidak pernah terjadi pencurian berita dari langit. Kalaupun terjadi, itu jarang dan bukan dalam hal wahyu Allah l.
Ketiga: Setelah beliau meninggal dunia. Kondisinya kembali kepada kondisi pertama, namun lebih sedikit dari kondisi sebelum diutusnya Rasulullah n. (Tamhid Syarah Kitab At-Tauhid, 1/447)
Benarkah Dukun dan Tukang Ramal Mengetahui Nasib alias Hal Ghaib?
Permasalahan perkara ghaib, ilmunya hanya di tangan Allah semata. Tidak ada sedikit pun ilmunya di tangan manusia. Jika ada orang yang mengaku mengerti ilmu ghaib berarti dia telah berdusta dan telah melakukan kekafiran yang nyata. Allah l berfirman:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri.” (Al-An’am: 59)
“Katakanlah: ‘Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah’, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (An-Naml: 65)
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.” (Luqman: 34)
“(Dia adalah Dzat) yang mengetahui yang ghaib. maka dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Maka sesungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. Supaya dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Rabbnya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” (Al-Jin: 26-28)
Masih banyak lagi dalil yang menjelaskan masalah ini, baik di dalam Al-Qur’an atau di dalam hadits.
Al-Hafizh Ibnu Hajar t berkata: “Ilmu ghaib … sebuah sifat yang khusus bagi Allah l, dan semua yang diberitakan oleh Rasulullah n tentang perkara ghaib adalah pemberitahuan Allah l, bukan semata-mata dari beliau.” (Fathul Bari, 9/203)
Rasulullah n mengingkari ketika diri beliau dianggap mengetahui perkara ghaib, sebagaimana dalam riwayat Al-Imam Al-Bukhari t dari Rubayyi’ bintu Mu’awwidz bin ‘Afra x. Dia berkata: “Tatkala Rasulullah walimatul ‘urs denganku, beliau duduk seperti duduknya dirimu (maksudnya perawi, red.) di hadapanku. Mulailah budak-budak wanita memukul (duff/semacam rebana) dan berdendang tentang ayah-ayah mereka yang terbunuh pada perang Badr. Di saat itu, salah seorang mereka berkata: ‘Dan di tengah kami ada seorang Nabi, yang mengetahui perkara esok hari.’ Beliau lalu berkata: ‘Tinggalkan ucapan ini! Katakanlah seperti ucapan yang telah engkau ucapkan’.”
Hadits ini menunjukkan, tidak benar jika seseorang berkeyakinan bahwa seorang nabi, wali, imam, atau syahid, mengetahui perkara ghaib. Sampai pun di hadapan Rasulullah n, keyakinan ini tidak boleh terjadi.” (Risalatut Tauhid, 1/77)
Pembaca yang budiman. Jika Rasulullah n sebagai imam para nabi dan rasul tidak mengerti perkara ghaib, apakah masuk akal jika selain mereka dapat mengetahuinya? Dari sini jelaslah bahwa pengakuan mengetahui perkara ghaib adalah sebuah kedustaan yang nyata. Tampilnya para dukun dan tukang ramal yang mengaku mengerti hal itu merupakan dajjal.
Bolehkah Mendatangi Dukun dan Tukang Ramal?
Telah jelas dalam pembahasan di depan tentang hakikat dukun, siapa dia dan bagaimana kiprahnya di tengah umat sebagai “jagoan dalam berpetuah” tentang nasib seseorang. Lalu bagaimanakah hukum mendatangi mereka dan bertanya dalam berbagai persoalan kelangsungan hidup, susah atau senang, beruntung atau gagal, celaka atau selamat, dan sebagainya? Telah dibahas oleh para ulama hukum mendatangi mereka:
Pertama: Mendatanginya untuk bertanya tentang sesuatu tanpa membenarkan apa yang dikatakan. Ini termasuk sesuatu yang haram dalam agama. Ancamannya, tidak akan diterima shalatnya 40 malam, sebagaimana dalam hadits:
“Barangsiapa mendatangi tukang ramal, lalu dia bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya 40 malam.” (HR. Muslim no. 2230 dari istri Rasulullah n)
Kedua: Mendatangi mereka untuk bertanya kepadanya dan dia membenarkannya, maka dia telah
“Barangsiapa mendatangi dukun –Musa (perawi hadits) berkata: lalu dia membenarkan petuah dukun tersebut; kemudian mereka berdua sepakat dalam periwayatannya– atau mendatangi istrinya –Musaddad berkata: istrinya dalam keadaan haid– atau dia mendatangi istrinya –Musaddad berkata: istrinya pada duburnya– maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan oleh Allah kepada Muhammad.” (HR. Abu Dawud no. 9304 dari sahabat Abu Hurairah z dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani)
Ketiga: Mendatangi mereka untuk mengujinya apakah dia benar atau dusta sekaligus untuk membongkar kedoknya, memperlihatkan kelemahannya. Tentunya dia memiliki ilmu untuk menilai benar atau dusta. Ini dibolehkan, bahkan terkadang hukumnya wajib, sebagaimana dalam riwayat Al-Imam Al-Bukhari (no. 1289) dan Muslim (no. 2930) bahwa Nabi n bertanya kepada Ibnu Shayyad: “Apa yang telah datang kepadamu?” “Telah datang kepadaku orang yang jujur dan pendusta.” Rasulullah n bertanya: “Apa yang kamu lihat?” Dia berkata: “Aku melihat Arsy di atas air.” Beliau bertanya: “Sesungguhnya aku telah merahasiakan sesuatu apakah dia?” Dia berkata: “Dukh, dukh (asap).” Rasulullah n berkata: “Diamlah. Engkau tidak memiliki kemampuan melainkan apa yang telah diberikan oleh Allah kepadamu. Sesungguhnya engkau tidak lebih dari dukun seperti teman-temanmu.” (Lihat Majmu’ Fatawa, 4/186 dan Al-Qaul Al-Mufid, 1/397)
Jaringan Dukun dan Tukang Ramal serta Silsilah Ilmu Mereka
Telah lewat bahwa perdukunan dan peramalan itu sebuah kekufuran. Untuk mengerti berita tentang orang yang datang bertanya dan tentang barangnya yang dicuri, siapa yang mencurinya, barangnya yang hilang dan di mana tempat hilangnya, di sinilah letaknya kerja sama yang baik antara setan di satu pihak dengan dukun atau tukang ramal di pihak yang lain. Muhammad Hamid Al-Faqi berkata dalam komentarnya dalam kitab Fathul Majid (hal. 353): “Adanya hubungan intim antara qarin dari jin dengan qarin dari manusia, keduanya saling menyampaikan dan mencari berita yang disukai. Qarin dukun dan tukang ramal ini mencari berita dari qarin orang yang datang bertanya, karena setiap manusia memiliki qarin dari kalangan setan, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Lalu qarin orang yang bertanya itu memberitahukan kepada qarin dukun atau tukang ramal tersebut segala sesuatu yang merupakan perihal kebiasaan orang yang datang bertanya, dan perihal di rumahnya.”
Orang-orang jahil menduga bahwa ini terjadi dari buah keshalihan atau ketakwaan dan karamah. Dengan kebaikannya, dia telah membuka tabir tentang semuanya. Ini termasuk kesesatan yang paling tinggi dan kehinaan yang paling rendah, meskipun banyak orang telah tertipu bahkan orang yang dikatakan berilmu dan baik.”
Wallahu a‘lam.
Sumber : Majalah Asy-Syariah
Thursday, February 26, 2015
Kajian Islam Kontemporer
AssalamualikumWarahmatullahi Wabarakatuh
Kaum muslimin di Perumahan Griya Satria Mandalatama, mari kita mengkaji tentang Tibbun Nabawi (Cara Sehat ala Rasulullah) bersama Ustadz Nasruddin di Masjid Assalam GSMT pada hari Senin tanggal 2 Maret 2015 pukul 18.30 - isya.
Wassalam
Kaum muslimin di Perumahan Griya Satria Mandalatama, mari kita mengkaji tentang Tibbun Nabawi (Cara Sehat ala Rasulullah) bersama Ustadz Nasruddin di Masjid Assalam GSMT pada hari Senin tanggal 2 Maret 2015 pukul 18.30 - isya.
Wassalam
Tuesday, February 24, 2015
RIHLAH Jamaah Masjid ASSALAM
Rihlah Liburan bersama Jamaah Masjid ASSALAM di Sungai Tutung Gunung Desa Limbasari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga. Limbasari River Adventure (Tubing) di Desa Limbasari, memanfaatkan arus Sungai Tutung Gunung yang jernih dan bebas dari pencemaran. Jernih karena air sungai ini merupakan bagian hulu yang aliran airnya bermuara di Sungai Klawing. Di Limbasari ini, kita bisa menikmati keindahan air terjun Patra Wisa.
Rencananya di hari yang sepi, Sabtu tanggal 21 Maret 2015 Takmir Masjid Assalam mengajak jamaah Masjid Assalam untuk mengikuti acara Rihlah Liburan tersebut. Peserta akan berangkat bersama-sama dari Masjid Assalam sekitar pukul 06.00 WIB agar masih pagi sampai di lokasi.
Acara ini hanya dipungut biaya Rp 140.000,00 per orang. Registrasi peserta paling lambat hari Kamis tanggal 19 Maret 2015. Calon peserta dapat menghubungi Risdiyono di Masjid Assalam. Atau kirim melalui Rekening BSM Cab Purwokerto an. Muhamad Ajib T Norek 7028938181 (bimana sudah transfer diharapkan mengirim nama dan alamat via sms No 08112826555).
Fasilitas acara ini yaitu perlengkapan tubbing (donnut boat,protector, helm, pelampung dll), snack, makan siang, softdrink, transport PP pwt-lokasi,softcopy doc, doorprize. Rencana acara Rihlah ini akan berisi trecking, tausiyah, games, arum jeram (tubbing).
Rencananya di hari yang sepi, Sabtu tanggal 21 Maret 2015 Takmir Masjid Assalam mengajak jamaah Masjid Assalam untuk mengikuti acara Rihlah Liburan tersebut. Peserta akan berangkat bersama-sama dari Masjid Assalam sekitar pukul 06.00 WIB agar masih pagi sampai di lokasi.
Acara ini hanya dipungut biaya Rp 140.000,00 per orang. Registrasi peserta paling lambat hari Kamis tanggal 19 Maret 2015. Calon peserta dapat menghubungi Risdiyono di Masjid Assalam. Atau kirim melalui Rekening BSM Cab Purwokerto an. Muhamad Ajib T Norek 7028938181 (bimana sudah transfer diharapkan mengirim nama dan alamat via sms No 08112826555).
Fasilitas acara ini yaitu perlengkapan tubbing (donnut boat,protector, helm, pelampung dll), snack, makan siang, softdrink, transport PP pwt-lokasi,softcopy doc, doorprize. Rencana acara Rihlah ini akan berisi trecking, tausiyah, games, arum jeram (tubbing).
Kajian Islam Rutin Kemuslimahan
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Kaum muslimah dan mukminah yang kami hormati, sekali lagi kami Tamir Masjid Assalam mengundang kaum muslimah dan mukminah sekalian dalam Kajian Islam Rutin Kemuslimahan. Kajian kali ini insyaAllah bersama Ustadzah Ning Muhibbin dengan tema: Istri Sholihah Idaman Suami.
Kajian ini insyaAllah akan dilaksanakan pada hari Ahad 1 Maret 2015 Pukul 16.00 - 17.30 WIB di Masjid Assalam Perumahan Griya Satria Mandalatama Karanglewas.
Wassalam
Kaum muslimah dan mukminah yang kami hormati, sekali lagi kami Tamir Masjid Assalam mengundang kaum muslimah dan mukminah sekalian dalam Kajian Islam Rutin Kemuslimahan. Kajian kali ini insyaAllah bersama Ustadzah Ning Muhibbin dengan tema: Istri Sholihah Idaman Suami.
Kajian ini insyaAllah akan dilaksanakan pada hari Ahad 1 Maret 2015 Pukul 16.00 - 17.30 WIB di Masjid Assalam Perumahan Griya Satria Mandalatama Karanglewas.
Wassalam
Friday, February 20, 2015
Kajian Sains Islam: Hisab dan Rukyat dalam Tinjaun Sains
Alhamdulillah kajian sains Islam telah sukses dilaksanakan oleh Takmir Masjid Assalam. Kajian ini terselenggara dengan kerja sama dengan tim Unsoed yaitu Dr.Eng Mukhtar Effendi, S.Si, M.Eng dan Sehah, S.Si, M.Si. Kajian ini dilaksanakan sesuai jadwal yang direncanakan yaitu hari Senin tanggal 16 Februari 2015 pukul 18.30 sampai selesai. Karena acara cukup dapat sambutan para jamaah maka pada bada Isya dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab.
Dalam pengantarnya disebutkan bahwah hisab merupakan perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi Bulan sebagai tanda dimulainya awal bulan pada sistem Kalender Hijriyah. Adapun rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas atau penampakan bulan sabit (hilal) dengan mata, yang muncul pertama kali setelah terjadinya ijtimak bulan mati (konjungsi). Rukyat dapat dilakukan menggunakan mata telanjang maupun instrumen optik seperti teleskop bintang. Rukyat dilakukan setelah matahari terbenam, karena hilal hanya dapat terlihat jika matahari telah terbenam. Hal ini terkait dengan intensitas cahaya hilal sangat redup bila dibandingkan dengan cahaya matahari, serta ukurannya sangat tipis. Apabila hilal terlihat, maka pada petang hari (maghrib) waktu setempat telah memasuki bulan baru dalam sistem Kalender Hijriyah. Namun jika hilal tidak terlihat, maka awal bulan dapat ditetapkan pada waktu maghrib esok harinya. Perlu diketahui bahwa dalam Kalender Hijriyah, sebuah hari diawali sejak terbenamnya Matahari dan bukan pada tengah malam sebagaimana Kalender Masehi. Sedangkan awal bulan ditentukan berdasarkan kemunculan hilal, baik berdasarkan pendekatan kriteria hisab wujudul hilal maupun kriteria rukyatul hilal. Dengan demikian satu bulan di dalam Kalender Hijriyah dapat berumur 29 hari atau 30 hari.
Berikut adalah beberapa kriteria yang digunakan sebagai penentuan awal bulan pada Kalender Hijriyah, khususnya di Indonesia:
Dalam pengantarnya disebutkan bahwah hisab merupakan perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi Bulan sebagai tanda dimulainya awal bulan pada sistem Kalender Hijriyah. Adapun rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas atau penampakan bulan sabit (hilal) dengan mata, yang muncul pertama kali setelah terjadinya ijtimak bulan mati (konjungsi). Rukyat dapat dilakukan menggunakan mata telanjang maupun instrumen optik seperti teleskop bintang. Rukyat dilakukan setelah matahari terbenam, karena hilal hanya dapat terlihat jika matahari telah terbenam. Hal ini terkait dengan intensitas cahaya hilal sangat redup bila dibandingkan dengan cahaya matahari, serta ukurannya sangat tipis. Apabila hilal terlihat, maka pada petang hari (maghrib) waktu setempat telah memasuki bulan baru dalam sistem Kalender Hijriyah. Namun jika hilal tidak terlihat, maka awal bulan dapat ditetapkan pada waktu maghrib esok harinya. Perlu diketahui bahwa dalam Kalender Hijriyah, sebuah hari diawali sejak terbenamnya Matahari dan bukan pada tengah malam sebagaimana Kalender Masehi. Sedangkan awal bulan ditentukan berdasarkan kemunculan hilal, baik berdasarkan pendekatan kriteria hisab wujudul hilal maupun kriteria rukyatul hilal. Dengan demikian satu bulan di dalam Kalender Hijriyah dapat berumur 29 hari atau 30 hari.
Berikut adalah beberapa kriteria yang digunakan sebagai penentuan awal bulan pada Kalender Hijriyah, khususnya di Indonesia:
- Hisab Wujudul Hilal merupakan kriteria penentuan awal bulan Kalender Hijriyah berdasarkan perhitungan matematis dan astronomis. Prinsipnya adalah jika setelah terjadi ijtimak bulan mati (konjungsi) serta Matahari terbenam mendahului Bulan, maka petang harinya dapat dinyatakan sebagai awal bulan sistem Kalender Hijriyah tanpa melihat seberapa besar ketinggian (altitude) hilal ketika Matahari terbenam. Asumsi yang digunakan dalam kriteria ini adalah hilal telah wujud. Kriteria ini juga disebut ijtimak qoblal qurub. Dengan mengambil kriteria ini pembuatan Kalender Hijriyah selama 12 bulan dapat dilakukan pada tahun sebelumnya, bahkan beberapa tahun sebelumnya.
- Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan Kalender Hijriyah dengan cara mengamati hilal secara langsung. Apabila hilal atau bulan sabit tidak terlihat (gagal terlihat), maka bulan kalender yang sedang berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari. Kesulitan kriteria ini adalah dalam pembuatan Kalender Hijriyah tahunan, karena tidak dapat menentukan secara tepat awal dan akhir masing-masing bulan. Padahal umumnya kalender dicetak sebelum masuk tahun kalender tersebut. Oleh sebab itu, sekarang ini rukyatul hilal umumnya dilakukan menggunakan hisab terlebih dahulu, terutama untuk menentukan waktu, lokasi, dan arahnya. Selain itu hasil rukyat juga dapat dijadikan alat untuk pembuktian hasil hisab.
- Hisab Imkanur Rukyat artinya perhitungan yang didasarkan atas batasan kriteria minimal hilal dapat dirukyat berdasarkan pengamatan umum di lapangan. Kriteria ini banyak diterima dan ditetapkan sebagai pedoman penentuan awal bulan dalam Kalender Hijriyah berdasarkan musyawarah Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), dan digunakan secara resmi untuk penentuan awal bulan Hijriyah pada kalender resmi pemerintah negara tersebut.
- Imkanur Rukyat dengan kriteria ketinggian hilal minimal 2°. Kriteria ini digunakan oleh Pemerintahan Negara Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) dengan tambahan kriteria umur hilal minimal 8 jam dan sudut elongasi minimal 3°.
- Imkanur Rukyat dengan kriteria ketinggian hilal minimal 5° dan sudut elongasi minimal 8°. Kriteria ini ditetapkan sebagai kesepakatan Istambul oleh beberapa ahli hisab pada saat terjadi konferensi Kalender Islam di Turki pada tahun 1978.
- Imkanur Rukyat dengan kriteria sudut elongasi minimal 6,4°, ditambah tinggi hilal minimal 4°. Kriteria ini diusulkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Bandung.
- Imkanur Rukyat dengan kriteria sudut elongasi minimal 7° dan umur hilal minimal 12 jam. Kriteria ini diusulkan Andre Danjon, Direktur Observatorium Starsbourg Prancis, pada tahun 1936. Kriteria ini lebih dikenal dengan istilah “Limit Danjon”.
- Imkanur Rukyat dengan kriteria sudut elongasi minimal 7,5°. Kriteria ini diusulkan oleh Louay F. Fatoohi, F. Richard Stephenson dan Shetha S. Al-Dargazelli pada tahun 1998, yang dikenal dengan istilah kriteria Fatoohi.
- Imkanur Rukyat dengan kriteria sudut elongasi minimal 5°. Kriteria ini diusulkan oleh Derek McNally pada tahun 1983.
Tuesday, February 17, 2015
Ustadz Juga Manusia: "Enak juga Ya Cilok"
Ustadz juga pernah mengenyam masa anak-anak. Hanya saja setiap anak tidak musti mengenal jajanan anak-anak bernama CILOK. Cilok adalah makanan dari tepung ketela (aci) yang dibuat bundar-bundar dikukus dan diberi bumbu pedas sambal saos. Pada saat kunjungan ke lokasi bencana tanah longsor 4 Januari 2015, sepulangnya singgah untuk membeli oleh-oleh salak pondoh. Ada yang membeli 2 kg sampai 5 kg. "Untuk oleh-oleh putri saya yang di pesantren" ujar Ustadz Abdurrahman yang membeli 5 kg.
Tak lupa rombongan juga mampir di sekitar alun alun Banjarnegara selepas menunaikan sholat
dzuhur untuk jajan dawet ayu khas Banjarnegara. Di seberang jalan terlihat penjual cilok yang menggoda selera. Tak urung Ustadz Abdurrahman, Ustadz Sehah, dan Ustadz Ajib pun membelinya.
Tentunya membeli juga beberapa bungkus untuk serombongan. "Saya baru kali ini memakan cilok, enak juga ya!" kata Ustadz Sehah sambil memakan cilok dengan lahapnya.
Tak lupa rombongan juga mampir di sekitar alun alun Banjarnegara selepas menunaikan sholat
dzuhur untuk jajan dawet ayu khas Banjarnegara. Di seberang jalan terlihat penjual cilok yang menggoda selera. Tak urung Ustadz Abdurrahman, Ustadz Sehah, dan Ustadz Ajib pun membelinya.
Tentunya membeli juga beberapa bungkus untuk serombongan. "Saya baru kali ini memakan cilok, enak juga ya!" kata Ustadz Sehah sambil memakan cilok dengan lahapnya.
Kamera "nakal" berhasil mengabadikan Ustadz Abdurrahman saat antri beli cilok, dengan beberapa anak-anak yang juga membelinya.
Penyaluran Bantuan Bencana Tanah Longsor Banjarnegara
Kepedulian terhadap sesama muslim dan warga negara sangat terasa di Perumahan Griya Satria Mandalatama Karanglewas Purwokerto. Bencana tanah longsor memang tidak dapat ditolak dan tentunya sebagai sesama muslim warga Perumahan
Griya Satria Mandalatama pun ikut berpartisipasi dalam penggalangan dana bantuan untuk korban bencana
tanah. Bencana tanah longsor telah terjadi di Dusun Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar Kabupaten
Banjarnegara. Melalui Takmir Masjid Assalam, penggalangan dana berhasil mengumpulkan dana sebanyak
Rp 6.400.000,00. Hasil pengumpulan dana tersebut telah kami salurkan melalui
dua lembaga yaitu Pengurus Cabang Muhammadiyah (PCM) Kecamatan Karangkobar
sebanyak Rp 4.000.000,00 dan Lazis Mafaza Peduli Umat sebanyak Rp 2.400.000,00.
Pada hari Ahad 4 Januari 2015 tim Takmir Masjid Assalam berusaha mendatangi lokasi bencana dan bertemu dengan pengurus PCM Karangkobar untuk menyalurkan dana tersebut.
Tim Assalam terdiri dari kiri-kanan: Saudara Risdiyono, Pak Firman, Ustadz Abdurrahman (Imam Masjid Assalam), Ustadz Sehah, M.Si. (dosen fisika UNSOED), Ustadz Ajib Tamami (Ketua Takmir), Pak Yuli, dan salah satu santri TPQ Assalam (memfoto).
Ketua Takmir Masjid Assalam (Ustadz Ajib Tamami) menyalami Ketua PCM Karangkobar (Bapak H. Suharto, SP.) sehabis menyerahkan dana bantuan dari warga Perumahan Griya Satria Mandalatama Karanglewas sebanyak Rp 4.000.000,00.
Lokasi longsor di Dusun Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah.
Pada hari Ahad 4 Januari 2015 tim Takmir Masjid Assalam berusaha mendatangi lokasi bencana dan bertemu dengan pengurus PCM Karangkobar untuk menyalurkan dana tersebut.
Tim Assalam terdiri dari kiri-kanan: Saudara Risdiyono, Pak Firman, Ustadz Abdurrahman (Imam Masjid Assalam), Ustadz Sehah, M.Si. (dosen fisika UNSOED), Ustadz Ajib Tamami (Ketua Takmir), Pak Yuli, dan salah satu santri TPQ Assalam (memfoto).
Ketua Takmir Masjid Assalam (Ustadz Ajib Tamami) menyalami Ketua PCM Karangkobar (Bapak H. Suharto, SP.) sehabis menyerahkan dana bantuan dari warga Perumahan Griya Satria Mandalatama Karanglewas sebanyak Rp 4.000.000,00.
Lokasi longsor di Dusun Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah.
Monday, February 16, 2015
Serial Kajian Alam Ghaib
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jamaah Masjid Assalam yang kami hormati, marilah kita ikuti kajian serial alam ghaib dengan mengambil tema; "Kupas Tuntas Alam Jin dan Syetan" bersama Ustadz Heru Widodo, Lc. Beliau adalah alumnus LIPIA Jakarta yang sekarang aktif sebagai mubaligh dan pengajar di SMA Islam Terpadu Al Irsyad Islamiyyah Purwokerto. Kajian ini inya Allah akan dilaksanakan setiap Hari Jumat ba'da maghrib sekitar pukul 18.30 sampai dengan Isya atau pukul 19.20 WIB. Tentunya kajian ini dilaksanakan di masjid kita tercinta, Masjid Assalam Perumahan Griya Satria Mandalatama.
Wassalam.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jamaah Masjid Assalam yang kami hormati, marilah kita ikuti kajian serial alam ghaib dengan mengambil tema; "Kupas Tuntas Alam Jin dan Syetan" bersama Ustadz Heru Widodo, Lc. Beliau adalah alumnus LIPIA Jakarta yang sekarang aktif sebagai mubaligh dan pengajar di SMA Islam Terpadu Al Irsyad Islamiyyah Purwokerto. Kajian ini inya Allah akan dilaksanakan setiap Hari Jumat ba'da maghrib sekitar pukul 18.30 sampai dengan Isya atau pukul 19.20 WIB. Tentunya kajian ini dilaksanakan di masjid kita tercinta, Masjid Assalam Perumahan Griya Satria Mandalatama.
Wassalam.
Saturday, February 14, 2015
Kajian Sains Islam
Assalamualiakum Warahmatullah Wabarakatuh
Undangan bagi kaum muslimin dna muslimat di Perum GSMT
Kajian Sains Islam tentang Hisab dan Rukyat dalam Tinjuan Sains Islam
bersama Ustadz Dr.Eng Mukhtar Effendi, S.Si, M.Eng. dengan moderator Ustadz Sehah, S.Si., M.Si. Keduanya adalah dosen Fisika UNSOED Purwokerto. Kajian insya Allah akan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 Februari 2015 pukul 18.30 - selesai. Sumonggo kita menambah keilmuwan keIslaman kita
Wassalamualikum warahmatullahi wabarakatuh.
Undangan bagi kaum muslimin dna muslimat di Perum GSMT
Kajian Sains Islam tentang Hisab dan Rukyat dalam Tinjuan Sains Islam
bersama Ustadz Dr.Eng Mukhtar Effendi, S.Si, M.Eng. dengan moderator Ustadz Sehah, S.Si., M.Si. Keduanya adalah dosen Fisika UNSOED Purwokerto. Kajian insya Allah akan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 Februari 2015 pukul 18.30 - selesai. Sumonggo kita menambah keilmuwan keIslaman kita
Wassalamualikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kajian Kemuslimahan Masjid Assalam
Bismillahirrahmanirrahim,
Kepada warga muslimah di Perumahan Griya Satria Mandalatama, monggo mengaji tentang Keislaman bersama: Ustadz H. Kahar Muzakki, M.Ag di Masjid Assalam pada Hari Ahad tanggal 15 Februari 2015 Pukul 16.00 - 17.30 WIB....tema perdana ini adalah Ibu sebagai Madrasah bagi Anak-anaknya
Kepada warga muslimah di Perumahan Griya Satria Mandalatama, monggo mengaji tentang Keislaman bersama: Ustadz H. Kahar Muzakki, M.Ag di Masjid Assalam pada Hari Ahad tanggal 15 Februari 2015 Pukul 16.00 - 17.30 WIB....tema perdana ini adalah Ibu sebagai Madrasah bagi Anak-anaknya
Subscribe to:
Posts (Atom)